Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ledjie Taq, Penggerak Komunitas Wehea

Kompas.com - 11/09/2009, 17:23 WIB

Di tengah maraknya penghancuran hutan karena pembalakan liar dan investasi, warga Wehea justru giat memproteksi hutan. Mereka sukses menginisiasi kawasan bekas pengusahaan hutan PT Gruti III menjadi Hutan Lindung Wehea.

Hutan Lindung Wehea dalam bahasa Wehea disebut Keldung Laas Wehea Long Skung Metgueen. Hutan dalam wilayah tanah adat Wehea itu dipertahankan guna generasi mendatang. Itulah sukses kerja sama warga dengan pemerintah dan lembaga internasional The Nature Conservancy.

Ledjie Taq mengatakan, Hutan Lindung Wehea boleh dimanfaatkan, tetapi amat terbatas dan cuma untuk acara adat. Hutan Lindung Wehea dilindungi aturan adat dan dijaga secara rutin oleh pengamanan swadaya Petkuq Mehuey dari Nehas Liah Bing. Pelanggar aturan adat di sini dikenai sanksi adat, kemudian diserahkan kepada penegak hukum.

Anggota Petkuq Mehuey bertugas menjaga kawasan bersama para personel Badan Pengelola Hutan Lindung Wehea. Patroli swadaya itu terdiri atas kaum muda yang punya keterampilan memonitor jenis serta jumlah flora dan fauna di hutan. Mereka diberi honor setiap bulan yang dialokasikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kutai Timur.

Berkali-kali anggota Petkuq Mehuey menangkap pelaku pembalakan liar, pemburu binatang langka, dan pencuri hasil hutan nonkayu. Warga juga aktif menyelamatkan satwa-satwa liar yang tersasar ke areal permukiman, dengan menyerahkan hewan itu kepada pemerintah.

Melalui Petkuq Mehuey, warga membuat persemaian untuk jenis pohon lokal, seperti meranti, kapur, agatis, dan karet, di Hutan Lindung Wehea dan desa. Tetumbuhan itu untuk merehabilitasi kawasan sekitar desa yang kritis akibat eksploitasi perusahaan kehutanan dan ekspansi perkebunan kelapa sawit.

Sejak ditetapkan sebagai hutan adat, pembalakan dan perburuan liar menurun drastis. Warga Wehea telah membuktikan bahwa kearifan lokal mampu menjaga kelestarian hutan tempat mereka bergantung. Mereka meyakini, kegiatan konservasi dan budaya sebenarnya tak terpisahkan dari keseharian hidup.

Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak pernah mengutarakan kebanggaannya terhadap perjuangan warga Wehea. Komunitas yang begitu peduli dengan kelestarian hutan di antara gempuran pelbagai kepentingan yang ingin menghancurkan lingkungan hidup.

”Oleh karena itu, tindakan masyarakat Wehea patut dicontoh warga lain,” kata Awang Faroek yang sebelumnya menjadi Bupati Kutai Timur.

Identitas

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com