Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pura Gunung Kawi, Berdiri di Antara Situs Purbakala

Kompas.com - 07/09/2009, 09:31 WIB

Secara keseluruhan, pahatan candi di dinding tebing yang ada di kawasan Pura Gunung Kawi ini terbagi menjadi empat gugusan. Gugusan pertama terdiri dari 5 candi yang dipahat berderet dari arah utara ke selatan pada tebing yang ada di sisi timur sungai.

Pada pahatan candi yang ada di sisi paling utara terdapat tulisan "Haji Lumah Ing Jalu". Dari tulisan ini, ada yang menyebutkan bahwa candi di sisi paling utara ini digunakan untuk istana pemujaan roh suci Raja Udayana. Sementara itu, candi di sebelahnya adalah istana untuk permaisurinya dan anak-anak Raja Udayana, Marakata dan Anak Wungsu.

Gugusan kedua terdiri dari empat candi yang dipahat berderet dari arah utara ke selatan pada tebing yang ada di sisi barat sungai. Dr R Goris, arkeolog dari Belanda, dalam beberapa literaturya menyebutkan bahwa keempat deretan candi ini berfungsi sebagai kuil (padharman) bagi keempat permaisuri raja.

Gugusan ketiga adalah bangunan biara dan ceruk (rongga besar) yang dipahatkan pada tebing yang terletak di sebelah selatan gugusan pertama. Adapun gugusan keempat merupakan sebuah candi dan ceruk yang digunakan sebagai tempat pertapaan. Letaknya berada sekitar 220 meter dari gugusan kedua.

Lantas, di mana letak puranya? Pura ini sendiri letaknya berada di samping gugusan candi pertama. Di dalamnya terdapat bangunan-bangunan pelengkap pura, seperti pelinggih dan bale perantenan.

Pura Gunung Kawi biasa digunakan pada saat upacara Piodalan. Upacara yang dilakukan setiap bulan purnama tiba ini adalah upacara pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan segala manifestasinya melalui sarana pemerajan, pura, dan kahyangan.

Diukir dengan kuku jari
Jika ditilik ke masa lalu, keberadaan pura ini tidak terlepas dari gugusan-gugusan pahatan yang ada. Tulisan-tulisan yang ada di setiap pahatan yang berfungsi sebagai data arkeologi menunjukkan bahwa Pura Gunung Kawi dibuat pada abad ke-11.

Hal ini terlihat dari tulisan "Haji Lumah Ing Jalu". Bentuk tulisan ini adalah bentuk tulisan kadiri kuadrat yang lazim digunakan di kerajaan yang ada di Jawa Timur pada abad ke-11.

Pada masa itu, pemerintahan yang sedang berkuasa adalah Raja Marakatapangkaja. Oleh karena itu, banyak pihak yang mengatakan bahwa kompleks Aura Gunung Kawi ini dibangun oleh Raja Marakatapangkaja dan diselesaikan oleh Raja Anak Wungsu.

Salah satu bukti bahwa Raja Anak Wungsu yang menyelesaikan pembangunan ini adalah adanya makam abu Raja Anak Wungsu. Selain itu, di sini juga terdapat makam Raja Udayana, raja dari dinasti Warmadewa yang memimpin kerajaan terbesar di Bali.

Makam abu kedua raja ini berada di balik pahatan candi dinding. Dengan adanya makam ini, tak heran bila kompleks pura ini disebut sebagai makam Dinasti Warmadewa.

Beberapa sumber literatur dan warga di sekitar Pura Gunung Kawi menyebutkan bahwa pahatan candi di tebing dibuat oleh Kebo Iwa, tokoh legenda rakyat Bali yang memiliki kekuatan besar. Ia membuat pahatan candi di tebing batu ini menggunakan kuku tangannya.

Keelokan pahatan dinding dan pura yang ada di sini menawan dilihat dan harus dijaga keberadaannya. Oleh karena itu, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Bali menetapkan bahwa kawasan ini adalah aset purbakala yang harus selalu dilestarikan. (Tabloid Rumah/Al Anindito Pratomo)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Klaten: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Klaten: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Wonosobo: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Wonosobo: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Boyolali: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Boyolali: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Identifikasi 100 Properti, OYO Fokus Layani Akomodasi Pemerintah

Identifikasi 100 Properti, OYO Fokus Layani Akomodasi Pemerintah

Hotel
Permintaan Membeludak Pasca-lebaran, KAI Siapkan Tambahan Relasi Ini

Permintaan Membeludak Pasca-lebaran, KAI Siapkan Tambahan Relasi Ini

Berita
Lebaran 2024, 2,1 Juta Kendaraan Lintasi Tol Trans-Sumatera

Lebaran 2024, 2,1 Juta Kendaraan Lintasi Tol Trans-Sumatera

Berita
Meski Tahan Lama, Wastafel 'Stainless Steel' Punya Kekurangan

Meski Tahan Lama, Wastafel "Stainless Steel" Punya Kekurangan

Tips
Juli Ini, Proyek Tol Bayung Lencir-Tempino Seksi 3 Kelar

Juli Ini, Proyek Tol Bayung Lencir-Tempino Seksi 3 Kelar

Berita
Metland Catatkan Laba Bersih Rp 417,6 Miliar Sepanjang 2023

Metland Catatkan Laba Bersih Rp 417,6 Miliar Sepanjang 2023

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Jepara: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Jepara: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Ini 147 Bangunan di Sulbar yang Beres Direkonstruksi Pasca Gempa

Ini 147 Bangunan di Sulbar yang Beres Direkonstruksi Pasca Gempa

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Banjarnegara: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Banjarnegara: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Banjar: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Banjar: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Sukabumi: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Sukabumi: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Surat Edaran Prototipe Rumah Sederhana Segera Terbit

Surat Edaran Prototipe Rumah Sederhana Segera Terbit

Berita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com