Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pura Gunung Kawi, Berdiri di Antara Situs Purbakala

Kompas.com - 07/09/2009, 09:31 WIB

KOMPAS.com — Sisi yang menarik dari pura ini adalah terdapatnya bangunan bekas peninggalan raja-raja ash Bali kuno, termasuk candi yang dipahat langsung di tebing, di sekitar pura. Pahatan dan bangunan-bangunan itu kini ditetapkan sebagai situs purbakala yang harus dilestarikan.

Ketika ke Bali, apa yang Anda lakukan selama berlibur di sana? Menghabiskan waktu bermain di pantai, membeli lukisan dan barang seni di daerah Ubud, atau mengunjungi tempat-tempat yang memiliki bangunan berarsitektur Bali? Dari sekian agenda yang ada, seberapa tertarikkah Anda untuk mengunjungi tempat-tempat yang memiliki bangunan berarsitektur Bali? Sepuluh orang yang ditanya mengenai hal ini menjawab bahwa kadar ketertarikan terhadap tempat seperti ini cukup tinggi.

Bentuk bangunan arsitektur Bali tidak hanya terbatas pada bangunan komersial atau hunian. Pura sebagai bangunan peribadahan merupakan bentuk bangunan yang bisa menjadi daya tarik wisatawan yang datang ke Bali.

Keberadaan pura di Bali memang jamak. Meskipun wisatawan tak bisa masuk ke dalam pura, memandang keelokan bentuk pura dari luar sudah cukup memikat wisatawan. Dari sekian pura yang ada di Bali, Pura Gunung Kawi adalah salah satu pura yang patut Anda kunjungi. Banyak alasan mengapa pura yang lokasinya berada di wilayah Banjar (Dusun) Penaka, Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali, harus Anda datangi.

Setidaknya ada dua alasan yang bisa memicu Anda untuk datang ke tempat ini. Pertama karena letaknya berada di lembah bukit, dan kedua karena letaknya dikelilingi oleh candi yang dipahat langsung di dinding.

Menuruni sekitar 320 anak tangga
Memasuki kawasan Pura Gunung Kawi harus menyiapkan tenaga ekstra. Pura ini hanya bisa dijangkau dengan berjalan kaki dengan jarak yang relatif jauh dari parkiran mobil. Dari pintu gerbang, tempat pengunjung harus membeli karcis masuk seharga Rp 6.000, kita harus menuruni sekitar 320 anak tangga. Ini tak lain karena letak pura terdapat di dasar lembah.

Perjalanan menuruni sekitar 320 anak tangga ini tak terasa melelahkan karena di sekeliling tangga Anda bisa melihat hamparan hijaunya sawah yang bentuk lahannya bertingkat. Selain itu, jika lelah, Anda bisa beristirahat di warung-warung yang ada di sebelah anak tangga.

Sesampainya di dasar lembah, Anda akan memasuki lorong panjang yang konon dibuat dengan cara membelah batu besar. Lorong ini adalah pintu masuk menuju kawasan Pura Gunung Kawi.

Kawasan yang ditemukan sekitar awal tahun 1910 ini terpisah menjadi dua bagian oleh Sungai/Tukad Pakerisan, bagian di sebelah barat dan bagian di sebelah timur Sungai Pakerisan. Di kedua bagian ini, Anda bisa melihat candi yang melekat langsung di dinding tebing. Candi yang dipahat langsung di dinding tebing inilah yang menjadi daya tarik mengapa Anda harus datang ke tempat ini.

Empat gugusan
Pahatan candi yang ada di dinding tebing batu ini memiliki beberapa makna dan fungsi, baik yang berada di sisi barat, maupun timur Sungai Pakerisan. Menurut beberapa sumber literatur, adanya pahatan ini mengilhami penamaan kawasan ini. Ada yang menyebutkan bahwa kata ukiran dalam bahasa Jawa Kuno adalah Kawi. Karena adanya candi yang diukir di dinding tebing dan berada di pegunungan, maka pura yang ada di kawasan ini disebut Pura Gunung Kawi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com