Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kala Sayuran Menggerus Air Gunung Slamet

Kompas.com - 24/04/2009, 20:25 WIB

Namun, di balik kesejahteraan hasil alih fungsi lahan itu, lereng Gunung Slamet Timur menyimpang persoalan lingkungan yang pelik. Puluhan anak sungai dari gunung itu kini mulai berangsur mati. Ada sekitar 75 sungai kecil yang bersumber dari lereng gunung ini. Dari jumlah itu, diperkirakan 40 persen di antaranya mati.

Heru mengatakan, matinya puluhan sumber air itu jelas akibat alih fungsi lahan. Lereng Gunung Slamet merupakan kawasan resapan dan lindung. Alih fungsi lahan tersebut telah mengganggu resapan air hujan di kawasan hutan tersebut.

Lereng Gunung Slamet seperti kawasan hutan di Kecamatan Karangreja dan Mrebet merupakan daerah tangkapan air Purbalingga. Jika tidak dilindungi tentu akan mengakibatkan bencana. "Salah satunya adalah rusaknya sumber air," ungkap dia.

Warga setempat bukannya tak menyadari persoalan itu. Namun, mereka tak mempunyai pilihan lain selain menanam sayuran agar bertahan hidup.

"Saya melihat sendiri, banyak sungai yang mati. Itu sudah terjadi lama sekali. Mungkin karena hutan-hutannya sudah berkurang jadi ladang kentang. Tapi mau bagaimana lagi, orang sini makannya dari situ," tutur Purwanto (40), salah seorang petani di Desa Kutabawah.

Kepala Administrasi Kesatuan Pemangkuan Hutan Banyumas Timur, Subroto, beberapa waktu lalu mengungkapkan, alih fungsi lahan hutan tanaman keras menjadi ladang sayuran di lereng Gunung Slamet bagian timur mengancam ketersediaan sumber air dari kawasan Purbalingga. Setidaknya ada 19 obyek wisata yang terancam akibat menipisnya sumber air itu.

Obyek-obyek wisata yang bergantung kepada aliran sungai dari lereng Gunung Slamet bagian timur di antaranya curug, kolam pemandian, tempat pemancingan, dan tempat rekreasi air lainnya.

Lahan Perhutani sendiri yang telah dialihfungsi masyarakat mencapai 100 hektar. Meskipun sejak beberapa tahun terakhir telah diupayakan untuk dikembalikan sebagai lahan hutan, masih ada saja warga yang menanam sayuran di lahan hutan itu.

Ada ribuan hektar lahan di lereng Gunung Slamet bagian timur yang kini hampir semuanya ditanami sayuran. "Sebagian di antaranya adalah wilayah hutan yang semestinya hanya ditanami tanaman keras," ujar Subroto.

Upaya KPH Banyumas Timur selama ini adalah dengan memberikan bantuan bibit kopi kepada warga agar menanami lahan hutan dengan tanaman keras yang produktif. Selain itu, langkah tegas bekerja sama dengan kepolisian guna menindak pelanggar alih fungsi lahan. Namun, tetap saja alih fungsi lahan tak terkendali.

Diperlukan upaya komprehensif dan terus-menerus kepada masyarakat agar kembali menoleh pada upaya pelestarian. Pemerintah semestinya juga perlu memikirkan alternatif lebih baik pengganti sayuran yang membuat warga merasa terjamin kesejahteraannya tanpa harus merusak alam. Bila tidak, bukan hanya air yang menghilang, kesabaran dan ketenangan Gunung Slamet pun bisa menghilang dan berganti dengan bencana. (M Burhanudin)

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau