Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Waris Istana Pagaruyung

Kompas.com - 16/04/2009, 00:36 WIB

Perihal kearifan lokal yang semakin luntur jugalah yang mendorong Upik untuk mengasah ilmu dan memperluas wawasan. Apalagi, kesempatan menempuh pendidikan tinggi tak lepas dari budaya keluarga Upik dan lingkungan Minang pada umumnya, yang menganut kesetaraan bagi perempuan dan laki-laki untuk berkembang. "Rasanya salah kalau saya menyia-nyiakan kesempatan itu."

Seluruh ilmu dan pengetahuan yang diperoleh membawa dia pada kesimpulan baru tentang adat. "Perlu redefinisi lagi, mendudukkan adat dan budaya pada konteks saat ini agar generasi muda tertarik dan paham tujuan adat serta budaya itu," kata penyandang gelar Yang Dipertuan Gadih Pagaruyung ini.

Dia mencontohkan, meskipun sudah dewasa, anak-anaknya harus menyempatkan diri bertemu dengan saudara-saudara, terutama mereka yang usianya lebih tua. Dengan demikian, selain silaturahmi tetap terjaga, tata cara sopan santun pun tidak hilang.

Sebagai keluarga raja, Upik memandang hal ini sebagai salah satu tanggung jawab yang merentang di pundaknya. Ia menjalani tanggung jawab itu dengan senang hati. Pergelutan dengan enau menjadi salah satu "buahnya".
   
MENYANDANG GELAR

Puti Reno Raudhatuljannah Thaib lahir di Pagaruyung, 31 Agustus 1947, dari orangtua Sutan Muhammad Thaib dan Puti Reno Disma Yang Dipertuan Gadih Gadang. Sebagai bagian dari keluarga Ahli Waris Daulat Raja Pagaruyung, Upik dan lima saudara perempuan di kaumnya berhak menyandang gelar Yang Dipertuan Gadih Pagaruyung, setelah sang ibunda wafat.

Pendidikan hingga SMA diselesaikan Upik di Batusangkar, hingga tahun 1965. Tahun 1975 ia merampungkan pendidikan sarjana pertanian di Universitas Andalas. Pada tahun 1997 dia meraih S-2, diikuti gelar doktor tahun 2007. Tumbuhan enau menjadi fokus penelitiannya untuk meraih S-2 maupun S-3.

Tahun 1978 Upik menikah dengan sastrawan Wisran Hadi (62). Mereka dikaruniai tiga putra, yakni Sutan Ahmad Riyad (27), Sutan Muhammad Ridha (26), dan Sutan Muhammad Thoriq (23).

Ia tidak hanya dikenal sebagai dosen dan peneliti bidang benih, tetapi Upik juga menjadi penyair dengan nama samaran Upita Agustine. Salah satu buku kumpulan puisi karyanya berjudul Nyanyian Anak Cucu yang lahir pada tahun 2000.

Nama Upik melekat sebagai nama panggilannya, kendati nama itu sebenarnya adalah panggilan bagi anak perempuan di wilayah tersebut pada umumnya. Dia memilih nama samaran Upita Agustine karena ada kemiripan dengan sebutan Upik dan bulan Agustus sebagai bulan kelahirannya.


 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com