KOMPAS.com - Asal tahu letak, bentuk, dan warna yang pas, tanaman akan membawa keberuntungan bagi yang percaya. Tak heran, banyak orang rela mengeluarkan banyak uang demi mendapatkan tanaman yang pas demi mendatangkan hoki.
Seperti halnya windchime (klintingan angin), tanaman juga tak boleh ditanam atau diletakkan di sembarang tempat. Ada hal-hal mendasar yang harus diperhatikan agar tanaman yang ditanam sesuai dengan feng sui ruang dalam atau interior (nei liu shi) dan ruang luar atau eksterior (wai liu shi). "Tanaman yang bersifat eksterior lebih dipengaruhi oleh warna. Artinya, tanaman ditanam berkelompok, agar warnanya muncul dan dominan. Nah, warna tersebut akan memengaruhi feng shui," papar Xiang Yi, ahli feng sui.
Menurut ilmu feng shui, warna diterjemahkan ke dalam 5 elemen dasar, yaitu merah (api), hijau (kayu), biru, keabuan, kehitaman (air), putih (logam), dan kuning (tanah). Jika kelimanya berurutan, membentuk lingkaran atau siklus artinya saling menghidupkan. Sebaliknya jika berbentuk bintang atau tak berurutan, berarti hubungan yang bertentangan.
Untuk interior, bentuk si tanamanlah yang lebih berperan. Tanaman yang bentuknya tajam, seperti kaktus, misalnya, melambangkan api. "Jika mengesankan kokoh, bentuk segiempat, misalnya bonsai, melambangkan tanah. Bila cenderung bulat, dari atas terlihat bulat, runcing, sangat tajam, dan menimbulkan ancaman melambangkan logam. Lalu bentuknya lemas, bergelombang, misal tanaman merambat melambangkan air. Dan sesuatu yang panjang, lurus, misalnya bambu, melambangkan kayu," jelas Xiang Yi.
Untuk mengetahui tempat mana yang mengandung 5 elemen tersebut, posisi rumah dibagi ke dalam 9 kotak. Bisa saja ada tempat yang dominannya lebih dari satu elemen. Untuk mengetahui berapa derajat arah pintu dan elemen harus menggunakan alat bernama luopan.
"Masing-masing ditandai angka 1 sampai 9. 1 mewakili air, 2 mewakili tanah, 3 dan 4 mewakili kayu, 5 mewakili tanah, 6 dan 7 mewakili logam, 8 mewakili tanah, dan 9 mewakili api. Setiap rumah pasti memiliki 5 unsur tersebut tapi pemetaannya lain-lain dan tidak sama," papar analis geomansi dan grafik keberuntungan ini.
Dominan Warna
Nah, setelah tahu elemen apa saja yang terdapat dalam sebuah rumah, harus mempertimbangkan dominasi elemennya. Misalnya, jika didominasi api artinya tidak boleh meletakkan unsur kayu dan api. Letakkan saja saja sesuatu yang mengandung unsur tanah dan logam. "Biasanya yang faham unsur-unsur ini adalah orang yang pernah mempelajari hong shui. Orang awam tidak bisa mengetahui dengan jelas."
Lalu, Xiang Yi mencontohkan problem salah satu kliennya, yang memiliki masalah dengan mata anaknya. "Kamar anaknya dominan api. Dinding kamar memakai wallpaper dominan warna merah dan hijau. Lalu, jendela kamar besar-besar hampir menyentuh lantai. Sementara itu di taman ada tanaman pisang bali yang bentuknya seperti lidah berwarna merah dan kuning. Karena dominan api, memberikan pengaruh yang luar biasa, jelek, dan tidak seimbang. Akibatnya, mata sang anak mengalami problem. Dalam ilmu hong shui, mata, jantung, darah adalah api. Jadi, sebaiknya tanaman tersebut dibuang."
Sebaliknya, lanjut Xiang Yi, jika suatu ruangan terbuka sangat lebar dan luas maka di ruangan tersebut sudah tercipta elemen keseimbangan sendiri. "Jadi, tidak begitu ada masalah. Makanya tidak perlu takut meletakkan tanaman di pojok tanaman. Sebaliknya, kalau ruangan agak kecil dan tertutup biasanya energi akan terkonsentrasi di suatu pojok. Jangan meletakkan tanaman hidup dalam jumlah besar."
Xiang Yi juga mewanti-wanti pemilik rumah yang terkadang memberi sentuhan tanaman merambat warna di dapur, seolah-olah seperti kebun anggur. "Apakah tempat yang kecil pas dipasang tanaman yang dominan warna hijau? Atau ada juga yang mewarnai dinding ruangan berbeda-beda dengan warna mencolok. Itu kurang baik karena akan memberikan kesan ruang jadi sempit. Boleh warna-warni tapi sebaiknya beri warna sedangkal atau sementah mungkin. Misalnya, biru telur asin."
Percaya Mitos?
Meskipun ada hal yang harus diperhatikan, namun Xiang Yi menegaskan untuk tidak perlu takut menanam tanaman di mana pun, tanpa ketakutan akan mitos yang banyak beredar di masyarakat. "Pantangan timbul karena kebiasaan. Misalnya, buah delima sebenarnya, kan, hanya tanaman biasa. Karena namanya enak didengar dan dihubungkan dengan warna merah hingga cenderung dianggap baik. Serikaya, bentuknya jelek tapi dari sisi nama (seri dan kaya) dianggap bagus. Pisang, cenderung tidak ditanam karena pokok pisang dipakai untuk orang meninggal. Sedangkan dari sisi nama mirip dengan kata pisah."
Bougevil juga tidak disukai karena berduri hingga membahayakan bagi anak kecil dan pejalan kaki. Sedangkan pepaya tak disukai karena mendekati makna payah. Begitu juga kemboja yang dianggap sebagai tanaman kuburan. "Tapi setelah bentuknya kecil (bonsai), kamboja malah jadi penghias rumah. Jadi, sebenarnya ketakutan itu tidak perlu."
Yang penting, imbuhnya, yang harus dipertimbangkan dalam menempatkan tanaman agar sesuai dengan feng sui adalah memperhatikan segi elemennya di tiap tempat. Jika salah tempat, bisa-bisa malah mengundang sakit atau rezeki berkurang. "Bukankah bunga memberikan keindahan dan khayalan sendiri. Lihat saja anggrek, sepintas bentuknya seperti kupu-kupu. Menimbulkan khayalan yang bagus, kan?"
Sumber: Yun Xiang Filosofis, Apartemen Taman Pluit Kencana, Jl. Taman Pluit Kencana Selatan, Jakarta Utara.