Menurut Viktor, sudah dua kali badai besar yang menerjang NTT. Pertama kali terjadi pada tahun 1973 di Kabupaten Sikka.
"Badai saat itu memakan korban yang cukup banyak," kata Viktor, saat mengunjungi Kecamatan Haumehara, Kabupaten Sabu Raijua, Selasa (13/4/2021).
Kemudian, badai yang kedua terjadi pada pekan lalu yang memakan korban puluhan orang.
Tentunya momentum seperti ini harus diperhatikan, agar konstruksi bangunan dibuat tahan gempa dan bencana.
"Sehingga ketika terjadi bencana, kita siap dan tidak terkena masalah serius sebagaimana yang terjadi di negara maju," ujar Viktor.
Saat ini, semua pihak boleh memperbaiki bangunan yang rusak. Tapi ke depan, harus ada standar desain bangunannya.
Sebagai manusia berakal, beriman dan berpengetahuan, tentunya diberikan kemampuan untuk menganalisa dalam menempatkan kebijakan untuk menyelamatkan rakyat.
Viktor berharap, masyarakat tetap optimistis dalam menghadapi bencana Badai Seroja.
Implementasi program pemerintah yang sesuai dengan potensi wilayah tetap harus dilaksanakan.
"Berkaitan dengan pembangunan, khususnya Pertanian, bulan ini masih ada air, segera kita tanam lagi. Siapkan timnya di Dinas Pertanian, kemudian rumput laut kita siapkan benihnya sehingga 45 hari ke depan kita bisa panen," kata Viktor.
Hal ini menyusul penanganan bencana yang didukung Pemerintah Pusat. Ada bantuan helikopter dan pesawat Caravan BNPB yang dapat digunakan hingga tgl 4 Mei 2021.
Selain distribusi logistik, dapat juga digunakan untuk distribusi benih jagung, padi, rumput laut, pupuk dan kebutuhan lainnya dan direncanakan dengan baik.
https://properti.kompas.com/read/2021/04/14/103525621/gubernur-ntt-konstruksi-bangunan-harus-tahan-gempa-dan-bencana