Pendiri dan Pimpinan Indonesia Water Institute (IWI) Firdaus Ali mengungkapkan, hanya 21,08 persen penduduk Indonesia yang telah terlayani dengan air perpipaan.
"Hingga saat ini, kemampuan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Indonesia baru mencapai 188.096 liter per detik," ucap Firdaus dalam Webinar Pola Konsumsi Air Bersih Masyarakat Era Pandemi Covid-19, Kamis (11/2/2021).
Artinya, SPAM Indonesia baru menjangkau 15.379 sambungan rumah (SR) dari total penduduk yang mencapai 270,2 juta jiwa.
Firdaus mengungkapkan, besarnya jumlah populasi penduduk Indonesia yang belum terlayani dengan air perpipaan disebabkan dari beberapa kendala utama.
Sebut saja, ketersediaan air baku, hambatan fiskal, tarif air, tingkat non-revenue water (NRW) atau air non-pendapatan, serta sumber daya manusia (SDM) dan manajemen.
Firdaus melanjutkan, pada masa Pandemi Covid-19, pola konsumsi air bersih masyarakat Indonesia mengalami peningkatan hingga tiga kali lipat.
Peningkatan konsumsi ini diikuti dengan melonjaknya pembelian air bersih atau beban ekonomi hingga 20 persen.
Pola pemakaian air bersih ini dilihat dari beberapa aktivitas masyarakat selama Pandemi Covid-19, misalnya cuci tangan dan mandi.
Untuk mencuci tangan, sebanyak 67 persen masyarakat melakukan aktivitas tersebut lebih dari 10 kali dalam sehari atau lima kali lipat dibandingkan kondisi normal.
"Ini angka yang luar biasa, sampai ada masyarakat mencuci tangan setiap jam karena ketakutan luar biasa (Pandemi Covid-19)," kata Firdaus.
Sementara itu, masyarakat melakukan mandi lebih dari tiga kali dalam sehari selama Pandemi Covid-19 atau sebanyak 65 persen.
Oleh karena itu, sektor swasta diharapkan dapat turut berkontribusi dalam menyediakan layanan air ini kepada masyarakat.
https://properti.kompas.com/read/2021/02/12/124752921/7892-persen-penduduk-indonesia-belum-terlayani-air-bersih-perpipaan