Kawasan Bekasi, baik kota maupun kabupaten, mengalami perubahan fisik signifikan yang didorong pembangunan infrastruktur yang demikian masif.
Sebagaimana dikatakan Ketua Umum AREBI Lukas Bong, bahwa Bekasi yang maju pesat tak lepas dati infrastruktur yang dibangun secara besar-besaran.
Bukan sembarang infrastruktur, melainkan sekelas proyek strategis nasional (PSN). Sebut saja Light Rail Transit (LRT) Trase Bekasi-Cawang, Kereta Cepat Jakarta Bandung, Tol Jakarta-Cikampek II Elevated, dan Tol Jakarta-Cikampek II Selatan.
PSN tersebut dibangun untuk meningkatkan daya saing, mendukung mobilitas masyarakat, barang, dan jasa serta mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Mudah dimafhumi, mengapa pengembangan infrastruktur demikian masif, hal ini karena Bekasi merupakan kontributor mayoritas perekonomian Nasional.
Lebih dari 70 persen di antaranya disumbangkan Kawasan Bekasi dari total 60 persen aktivitas perekonomian Koridor Timur Jakarta.
Padahal sebelumnya, kawasan dengan total populasi sekitar 5 juta jiwa ini beken dengan imej kriminalitas, kumuh, kotor, dan berpolusi yang disebabkan banyaknya pabrik dengan kategori heavy industry.
Untuk mengubah citra ini, sejumlah enam pengembang raksasa sepakat membentuk Komite Koridor Timur Jakarta, yang secara resmi dipublikasikan pada 10 Oktober 2019.
Keenam pengembang itu adalah PT Summarecon Agung Tbk, PT Jababeka Tbk, PT Lippo Cikarang Tbk, PT Sirius Surya Sentosa, PT Pollux Properti Indonesia Tbk, serta PT PP Properti Tbk.
Mereka tercatat mengembangkan Summarecon Bekasi seluas 240 hektar, Pollux Properti Indonesia seluas 45 hektar, PP Properti seluas 28 hektar, Vasanta Innopark seluas 100 hektar, Lippo Cikarang seluas 3.400 hektar, serta Jababeka City seluas 5.600 hektar.
Direktur Eksekutif PT Summarecon Agung Tbk Albert Luhur mengatakan, PSN yang dibangun Pemerintah telah mengubah wajah Bekasi menjadi lebih manusiawi, mudah diakses, dan modern.
"Infrastruktur-infrastruktur tersebut telah menjadikan Bekasi memiliki fungsi dan posisi paaling strategis. Kawasan ini bisa dibilang gerbang menuju Jakarta sekaligus kota-kota lain ke arah timur Pulau Jawa," tutur Albert saat webinar, Rabu (10/2020).
Faktor-faktor itulah yang membuat Summarecon semakin kencang membangun Summarecon Bekasi.
Sejak dirintis satu dekade lalu, perkembangannya saat ini, aku Albert, semakin pesat.
Hingga saat ini, dari total 240 hektar pengembangan, 60 persen di antaranya merupakan kawasan komersial dan 40 persen hunian.
Dari total luas kawasan komersial tersebut, baru dibangun 30 persen berupa 500 unit ruko dalam 7 klaster.
Sementara huniannya sudah dibangun 2.000 unit dalam 10 klaster, enam menara apartemen yang mencakup 5.400 unit.
Kelak akan dibangun Bekasi Central Business District (BCBD) untuk memenuhi kebutuhan para investor dan masyarakat kelas menegah atas Bekasi.
"Pasar Bekasi ini sangat potensial. Terutama pasar menengah atas. Kami baru saja menjual rumah Morizen tiga unit dengan harga Rp 7 miliar secara daring," buka Albert.
"Kami bahkan mengalami kelebihan permintaan atau oversubscribed untuk apartemen Vasanta Innopark," kata Ming.
Atmosfer Jepang yang ditawarkan, menurutnya mampu menarik minta ekspatriat dan juga investor untuk membeli produknya guna disewakan kembali.
Jadi, Albert menimpali, kendati pasar proeprti secara umum terkoreksi oleh adanya Pandemi-19, namun kawasan Bekasi justru makin diminati oleh para konsumen wnd user maupun investor.
Motif para pembeli ini dilatarbelakangi adagium bahwa harga properti tidak akan pernah turun meski pertumbuhannya mengalami kontraksi.
"Kebutuhan hunian akan selalu ada, dan pasokannya bisa dipenuhi oleh para pengembang yang inovatif dan jeli memanfaatkan peluang," imbuh Ming.
Observasi, gimmick, dan TOD
Sementara itu, Direktur PT Jababeka Tbk Sutedja Sidarta Darmono menuturkan, untuk mengubah imej kawasan Bekasi menjadi lebih baik di mata pasar, komite enam pengembang akan terus aktif melakukan observasi.
"Selain itu juga memperkenalkan gimmick yang lebih baik lagi," ujar Sutedja kepada Kompas.com.
Jababeka juga akan terus mempererat aliansi dengan para pengembang lainnya yang beroperasi di Bekasi dan Koridor Timur Jakarta.
Hal ini dilakukan guna meningkatkan awareness pasar betapa menariknya Bekasi dan Koridor Timur Jakarta.
"Pada saat pandemi justru kami dituntut untuk lebih inovatif dengan menawarkan produk yang diterima dan bisa memenuhi kebutuhan pasar. Termasuk properti yang terintegrasi transportasi publik atau Transit Oriented Developement (TOD)," urai Sutedja.
Termasuk saat diterapkannya new normal. Kebutuhan asar pun akan memgarah ke properri-properti dengan preferensi baru.
Sutejda memprediksi, permintaan hunian sub-urban akan meningkat drastis, permintaan tempat kerja lebih fleksibela, gaya dan pola hidup baru, pertumbuhan entreupreneur, aksesibilitas yang mudah dijangkau.
Dengan inovasi seperti ini, Jababeka telah mampu mendatangkan investor asing untuk kawasan industrinya.
Meski belum banyak, setidaknya dapat menjadi gambaran bahwa Bekasi dan Koridor Tomur Jakarta akan terus menjadi destinasi investasi.
"Mereka berasal dari Korea Selatan dan Jepang. Sebetulnya masih ada banyak lagi, namun karena Covid-19, realisasi investasi ditangguhkan sementara," tuntas Sutedja.
https://properti.kompas.com/read/2020/06/12/080000721/upaya-6-raksasa-sulap-bekasi-dari-kawasan-industri-jadi-tujuan-investasi-