Seluruh matriks mengalami penurunan, mulai dari penjualan dan pendapatan usaha, pendapatan berulang atau recurring income, hingga laba.
Emiten berkode APLN ini membukukan penjualan dan pendapatan sebesar Rp 3,79 triliun atau turun 24,7 persen dari tahun 2018 sebesar Rp 5,03 triliun.
Dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (4/5/2020), Sekretaris Perusahaan APLN Justini Omas menjelaskan, dari perolehan tersebut, perusahaan melaporkan pengakuan penjualan sebesar Rp 2,46 triliun pada tahun 2019.
"Perolehan ini turun sebesar 29,4 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 3,48 triliun," kata Justini.
Anjloknya penjualan APLN terjadi karena performa marketing sales tidak sebaik 2018 yang masih bertengger di angka Rp 2,39 triliun menjadi hanya Rp 1,94 triliun.
Selain karena penurunan ekonomi, anjlloknya marketing sales perseroan juga terjadi akibat adanya kontestasi politik Pemilihan Umum (Pemilu).
Selain itu, penurunan pun terjadi akibat turunnya penjualan di beberapa proyek yang sudah mencapai tahap akhir.
Akibatnya, proyek-proyek tersebut memiliki harga yang lebih mahal dengan pilihan yang terbatas.
Sementara pendapatan berulang perusahaan tercatat sebesar Rp 1,32 triliun atau turun 14 persen dari capaian tahun sebelumnya sebesar Rp 1,54 triliun.
Adapun untuk laba kotor, perseroan membukukan Rp 1,96 triliun pada 2019 dengan marjin sebesar 51,7 persen.
Perolehan ini turun dibanding tahun sebelumnya yang mencatatkan laba kotor sebesar Rp 2,41 triliun dengan marjin 48 persen.
https://properti.kompas.com/read/2020/05/04/170000521/pendapatan-agung-podomoro-anjlok-24-7-persen-sepanjang-2019