Seperti diketahui, virus Corona menyebabkan banyak orang di negara-negara tertentu takut untuk keluar rumah.
Di tempat-tempat tersebut, banyak perusahaan memberikan fleksibilitas dengan menerapkan sistem kerja dari rumah.
"Mungkin ke depan secara global, mungkin tren untuk bekerja secara jarak jauh dari rumah atau dari luar kantor mungkin akan semakin meningkat kebutuhannya," ucap Anton kepada Kompas.com, Jumat (6/3/2020).
Kendati terjadi di beberapa negara khususnya Asia Pasifik, tren ini belum merambah ke Indonesia. Menurut Anton, kasus penyebaran Corona di negara ini tidak banyak.
"Tapi kita belum sampai-lah. Karena kalau kita lihat pengalaman di luar negeri, ada satu kasus di satu perushaan, bisa dikarantina bisa ditutup," ucap dia.
"Itu ada kantor yang satu karyawannya kena, satu kantor ditutup. Orang enggak bisa kerja di gedung itu. Menghindari penyebaran," tutur Anton.
Salah satunya adalah produsen sepatu dan pakaian olahraga Nike yang menutup markas besarnya di Hilversum.
Setelah itu, Facebook juga turut menutup dua kantornya di kawasan Seattle, Amerika Serikat, yakni Stadium West dan Stadium East.
Penutupan tersebut terjadi karena salah seorang karyawan yang dinyatakan positif terkena virus Corona. Dia diketahui menduduki jabatan sebagai kontraktor.
Facebook menutup kantornya hingga Senin (9/3/2020). Meski demikian, Facebook mengizinkan karyawannya untuk bekerja di rumah hingga akhir Maret mendatang.
Riset Savills menerangkan, fenomena ini mendorong munculnya fenomena co-working atau co-living. Khusus untuk sektor perkantoran, hal ini dapat menekan biaya sewa ruang kantor
https://properti.kompas.com/read/2020/03/06/205938621/wabah-corona-bisa-mengubah-sistem-kerja-perusahaan