Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apersi Banten Bakal Fokus Dorong Skema BP2BT

Ketua Apersi Banten Safran Edy Harianto berharap penambahan anggaran itu bisa segera terealisasi lantaran sudah 2 bulan ini penjualan unit pengembang rumah subsidi di Banten jualannya tersendat.

Menurut Safran, kebutuhan anggaran untuk rumah subsidi memang besar. Namun, dia mengakui bahwa penambahan kuota tersebut juga butuh waktu sehingga tidak bisa dilakukan dalam waktu dekat.

"Yang butuh anggaran itu juga banyak, bukan cuma Apersi Banten, daerah lain juga dan organisasi pengembang properti lainnya pun begitu," kata Safran, Selasa (17/9/2019).

Untuk itu, lanjut Safran, Apersi Banten akan melakukan sosialisasi program subsidi lain. Salah satunya skema pembiayaan bantuan pembiayaan perumahan berbasis tabungan (BP2BT) sebagai solusi habisnya kuota fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan.

"Skema pembiayaan BP2BT ini sebetulnya bukan skema baru, karena sudah berjalan beberapa tahun lalu. Hanya, skema ini kalah populer dari FLPP dan belum banyak pengembang yang merealisasikan akibat kurangnya sosilisasi dari pemerintah sehingga pengembang lebih memilih skema yang familiar yang sudah dijalankan selama ini, yaitu FLPP," ujar Safran.

Dia menambahkan, BP2BT bisa menjadi solusi atau cara lain yang akan ditawarkan pada masyarakat terkait kuota rumah subsidi. Skema ini bisa menjadi "nafas" tambahan bagi developer yang memasarkan rumah subsidi.

Safran menegaskan bahwa BP2BT dijalankan karena pemerintah daerah di Banten juga mau mendorong program tersebut, karena mereka juga telah menyiapkan sertifikat laik fungsi (SLF) yang selama ini menjadi syarat dan masalah yang mengganjal program itu.

"Kenapa disebut mengganjal, karena SLF ini yang melakukan Pemda. Seperti di Pandeglang, pemerintah daerahnya belum siap dan mereka mangajak kami berdiksusi soal SLF agar program BP2BT bisa berjalan. Ini bagus, ada ruang diskusi antara pengembang dan pemerintah agar program pusat bisa berjalan," kata Safran. 

Ketua Dewan Penasihat Apersi DPD Banten Vidi Surfiadi menyatakan sepakat dengan hal itu, Menurut dia, skema BP2BT memang berbeda, terutama pada subsidi dalam uang muka yang besarannya bisa sampai Rp 40 juta. Meskipun bunga kreditnya berbeda dengan FLPP, BP2BT memakai bunga komersial.

"Tapi, kalau dari sisi konsumen, uang muka yang besar ini akan mengurangi nilai kredit. Jika ekonomi mereka membaik dan memiliki rezeki lebih, maka konsumen akan mudah melunasinya. Beda dengan skema FLPP yang masih besar jumlah kreditnya," ucap Vidi.

Vidi mengatakan, program akan bisa terlaksana dengan baik jika dalam pelaksanaannya tidak ada pihak yang diberatkan. Apersi Banten menargetkan untuk tahap awal bisa menjalankan program BP2BT sebanyak 1.000 unit.

"Kita akan manfaatkan jumlah anggota sebanyak 285 yang berarti sama dengan jumlah proyek. Di setiap satu proyek lima bisa memanfaatkan skema BP2BT," tambah Vidi.

Seperti diberitakan sebelumnya, di depan 3 asosiasi perumahan, Presiden Joko Widodo (Senin/16/9) menyatakan siap menambah jumlah kuota rumah subsidi melalui skema fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) sebesar Rp 8,6 triliun atau setara 80.000 unit rumah subsidi.

Rumah subsidi merupakan program pemerintah pusat untuk program rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang digelorakan melalui Program Sejuta Rumah.

https://properti.kompas.com/read/2019/09/18/080724121/apersi-banten-bakal-fokus-dorong-skema-bp2bt

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke