Begitu Presiden dan Wakil Presiden baru dilantik pada 20 Oktober mendatang, seluruh menteri di kabinet pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ini akan menanggalkan jabatannya.
Namun, Kepala Negara diperkirakan tidak akan mengganti seluruh orang-orang yang menduduki posisi di kabinet saat ini.
Terutama, bila merujuk pernyataan Presiden saat pidato Visi Indonesia 2019-2024, yang salah satunya melanjutkan pembangunan infrastruktur.
Jokowi tentu membutuhkan 'tangan kanan' yang dapat dipercaya untuk menyelesaikan seluruh proyek infrastruktur yang dirancang.
Terlebih, selain menggarap proyek infrastruktur, ada pula rencana pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan Timur.
Berdasarkan analisa peneliti dan pengamat politik Center for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes, ada tiga nama menteri yang kemungkinan akan dipertahankan, yaitu Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono.
Ada tiga alasan yang menyebabkan ketiganya layak untuk dipertahankan, yaitu memiliki kinerja yang cukup baik, dekat dengan Jokowi, dan sesuai dengan kebutuhan pada periode mendatang.
"Menteri PUPR dibutuhkan karena kebutuhan Jokowi membangun infrastruktur," ungkap Arya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (11/9/2019).
Kendati demikian, bukan menjadi sifatnya untuk menolak setiap amanah yang diberikan. Terlebih, amanah tersebut diberikan langsung oleh seorang kepala negara.
"Saya 40 tahun di Kementerian PU, menjabat Eselon I selama 13 tahun dan saya tidak pernah tahu akan ditempatkan di mana. Empat kali menjadi Eselon I, saya enggak tahu. Karena menurut saya, jabatan itu perintah," ungkap Basuki saat berbincang dengan Kompas.com, Kamis (12/9/2019).
Puluhan tahun berkiprah di dunia infrastruktur, tentu bukanlah waktu yang sebentar. Basuki menyatakan, jabatan adalah perintah yang tidak bisa ditawar-tawar.
"Ini karakter saya," tegasnya.
Basuki pun mengaku, tak pernah memiliki visi tertentu untuk menjadi seorang menteri. Sebab, yang terpenting menurut dia, adalah menjalankan visi yang dimiliki Presiden sebaik mungkin.
"Presiden mau bikin ibu kota baru, saya laksanakan. Saya membantu Presiden. Jadi saya hanya melaksanakan visi Presiden," ungkapnya.
Kepiawaian Basuki dalam menggarap proyek infrastruktur pun diakui oleh para bawahannya.
Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Eko Djoeli Heripoerwanto menilai, sosok Basuki sebagai seorang pemimpin yang bekerja keras, bergerak cepat dan bertindak tepat.
"Beliau selalu berorientasi terhadap hasil," kata Eko melalui pesan singkat.
Hal senada disampaikan Direktur Jenderal Sumber Daya Air Hari Suprayogi. Selain dikenal sebagai seseorang yang selalu bekerja cepat demi mewujudkan hasil, Basuki juga dianggap selalu berani mengambil keputusan dan memiliki perhatian besar kepada setiap bawahannya.
Adapun Direktur Jenderal Cipta Karya Danis H Sumadilaga menilai, analisas CSIS terhadap sosok Basuki sudah tepat.
Pembangunan infrastruktur memerlukan sosok yang tegas dan cepat dalam mengambil keputusan.
"24 jam, 7 hari seminggu, (selalu) semangat untuk mengejar ketertinggalan di bidang infrastruktur negara kita," singkat Danis.
Terlebih, ritme kerja Basuki saat ini yang terbilang cepat juga sudah cukup dimahfumi oleh seluruh jajaran Kementerian PUPR.
"Bagus sekali, kita nanti tinggal lari saja. Tinggal gigi tiga saja, tidak perlu adaptasi lagi. Dan kita pasti sudah siap, karena langgam beliau begitu, implementasinya cepat," ungkapnya.
Adapun Direktur Jenderal Bina Konstruksi Syarif Burhanudin menilai, sulit mencari sosok pemimpin baru untuk menyelesaikan tugas pembangunan infrastruktur.
Oleh karena itu, bila Basuki kembali memimpin, ia memastikan, hal tersebut sebagai sebuah langkah yang tepat.
"Saya kira wajar, memang susah cari figur sekaliber Pak Basuki. Kerjanya cepat, banyak kerja dari bicara, integritasnya tinggi dan orangnya low profile," tuntas Syarif.
https://properti.kompas.com/read/2019/09/14/090000421/karakter-basuki-tak-pernah-menolak-tugas-dari-jokowi