Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Wina Sabet Gelar Kota Layak Huni Dunia

Pencapaian ini menggeser posisi Melbourne yang pada 2018 lalu menduduki peringkat teratas, sekaligus mengakhiri rekor dalam tujuh tahun terakhir.

Kendati tersingkir dari posisi teratas, sebenarnya perolehan skor Melbourne hanya terpaut tipis 0,7 poin dari Wina. Kota ini mencetak 99,1 dari skor 100, sedangkan Melbourne harus puas memperoleh skor 98,4.

Dua kota Australia lainnya, yaitu Sidney dan Adelaide juga menempati peringkat sepuluh besar yaitu masing-masing di peringkat ketiga dan kesepuluh. Sedangkan Kopenhagen di Denmark menempati peringkat kesembilan. 

Adapun dua kota di Jepang, Osaka menempati peringkat keempat dan Tokyo di peringkat ketujuh.

Sedangkan tiga kota di Kanada, yakni Calgary berada di posisi kelima, Vancouver dan Toronto bertengger di posisi yang sama yakni peringkat keenam. 

"Kota-kota yang masuk di dalam peringkat sepuluh besar tidak mengalami perubahan berarti, tetapi ada beberapa pergerakan dalam peringkat mereka," demikian tulis laporan EIU seperti dikutip Kompas.com, Rabu (4/9/2019).

Hal itu sejurus dengan strategi negara terbut yakni 'Sustainable Sydney 2030'. Kendati demikian, kota ini harus tetap puas berada di belakang pesaing satu negaranya, yaitu Melbourne. 

"Dengan kedua kota sudah mendapatkan skor sangat tinggi di semua kategori, Sydney hanya memiliki kesempatan terbatas untuk menyaingi Melbourne atau Wina di peringkat teratas," tulis laporan tersebut.

Di lain pihak, stabilitas keamanan di sejumlah kota di berbagai belahan dunia mulai mengalami peningaktan.

Secara umum, dapat dikatakan, sejumlah ancaman seperti terorisme, misalnya, mulai sedikit berkurang. Perubahan itu, meski dapat dikatakan masih sangat rendah terlihat seperti di Tripoli, Libya, dan Jakarta, Indonesia. 

Di lain pihak, perbaikan yang dapat dikatakan cukup dapat diterima terlihat di Seattle dan Houston di AS dan Seoul di Korea Selatan.

Sedangkan Paris di Perancis, menjadi kota dengan penurunan peringkat tertinggi dalam skor stabilitasnya karena protes anti-pemerintah Gilets Jaunes yang terus berlangsung sejak akhir 2018.

Sedangkan untuk kategori lainnya, yakni budaya dan lingkungan hiudp, banyak negara berkembang yang mengalami penurunan skor indeks akibat perubahan ikilm.

Hal ini termasuk New Delhi di India, yang menderita akibat kualitas udaya yang mengerikan, juga Kairo di Mesir dan Dhaka di Bangladesh.

"Kurangnya upaya global yang terpadu untuk mengatasi resiko perubahan iklim semakin menurunkan revisi nilai-nilai ini, mengancam untuk mengimbangi perbaikan dalam kategori lain, seperti pendidikan dan infrastruktur, yang tetap berada pada tren naik secara luas," imbuh laporan tersebut. 

Terlepas dari risiko terhadap masa depan yang ditimbulkan akibat perubahan iklim, pandangan jangka panjang menunjukkan bahwa tingkat kehidupan secara keseluruhan telah mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. 

"Dalam sampel kota-kota global, skor rata-rata kemampuan hidup telah mengalami peningkatan 0,5 poin presentase, menjadi hampir di bawah 76 dalam lima tahun terakhir. Hal ini terutama didorong oleh skor yang lebih tinggi dalam kategori stabilitas," tulis laporan.

Serangan teroris yang melanda Selandia Baru dan Sri Lanka dalam setahun terakhir adalah penanda bahwa ancaman keamanan masih terlihat, tetapi persepsi tentang bahaya yang ditimbulkan akibat aksi terorisme telah berkurang dalam beberapa tahun terakhir. 

Di antara 56 kota yang telah mendaftarkan peningkatan peringkat livebilitas dalam lima tahun terakhir, ada empat kota yang menonjol yaitu Abidjan di Pantai Gading, Hanoi di Vietnam, Kiev di Ukraina dan Beograd di Serbia.

Sedangkan Hanoi mengalami peningkatan hampir secara keseluruhan pada tahun ini, engan skor stabilitas, budaya, pendidikan dan infrastruktur yang lebih tinggi. Namun di wilayah yang beragam, tetap berada di sepertiga terbawah kota Asia. 

Adapun setelah pemilihan presiden dan parlemen yang berjalan damai dan demokratis di Ukraina pada tahun 2019, kami telah meningkatkan peringkat stabilitas Kiev relatif terhadap setahun yang lalu.

Meski naik tipis, namun dampak warisan dari skor stabilitas kota yang sebelumnya rendah (akibat konflik yang tengah berlangsung dengan pemberontak yang didukung Rusia).

Konflik dan krisis ekonomi turut menentukan penurunan indeks dalam setahun terakhir.

Misalnya, Caracas di Venezuela, yang mengalami penurunan terhadap empat dari lima kategori, karena perjuangan pemerintah untuk mendapatkan legitimasi telah menghambat kemampuannya untuk menyediakan layanan dasar bagi warganya. 

Hal yang sama juga terjadi pada New Delhi yang jatuh ke bawah indeks karena penurunan peringkat tidak hanya pada skor budaya dan lingkungannya, tetapi juga stabilitas karena meningkatnya angka kejahatan. 

Detroit di AS adalah kota lain yang terus berjuang dengan depopulasi besar dan kerusakan kota mengakibatkan tingginya insiden kejahatan, jatuhnya pendapatan pajak pemerintah daerah, petak-petak rumah kosong dan infrastruktur yang tidak memadai.

"Secara keseluruhan, indeks kami tetap didominasi oleh kota-kota berukuran sedang di negara-negara kaya," ungkap laporan.

Kota-kota ini memiliki sistem perawatan kesehatan publik yang didanai dengan baik, wajib dan pendidikan berkualitas tinggi, dan infrastruktur jalan dan kereta api fungsional. Penyediaan layanan-layanan ini dibantu oleh kehadiran sistem pemilihan umum yang sepenuhnya demokratis dan tingkat korupsi yang umumnya rendah.

Masuknya Tokyo di dalam peringkat sepuluh besar menunjukkan kemungkinan adanya peningkatan karakteristik.

Tak hanya mempertahankan tingkat kinerja di kota-kota dengan dua, tiga tau empat kali lebih banyak orang yang menantang, terutama ketika kota-kota tersebut juga cenderung menjadi magnet yang lebih besar bagi kejahatan dan terorisme. 

Inilah sebabnya mengapa kota-kota global besar lainnya di negara maju seperti London dan New York, mendapat skor lebih rendah dari Melbourne dan Wina untuk stabilitas dan infrastruktur.

"Kami mencatat peningkatan bertahap yang berkelanjutan dari kota-kota di pasar negara berkembang dalam infrastruktur, pendidikan dan layanan kesehatan, serta, dalam banyak kasus, stabilitas. Namun, keuntungan ini tampaknya berada di bawah ancaman dari dampak perubahan iklim, yang dalam indeks tercermin dalam kategori budaya dan lingkungan," kutip laporan. 

Kejadian peristiwa cuaca ekstrem, seperti banjir dan gelombang panas, meningkat di seluruh dunia, dan kota-kota di pasar negara berkembang seringkali paling terkena dampak langsung dan paling tidak tangguh. 

"Yang mengatakan, kita melihat perubahan iklim sebagai fenomena global, yang mengancam kelangsungan hidup kota-kota di bagian paling atas dari indeks juga. Hanya upaya global terkoordinasi untuk membatasi kenaikan suhu planet ini yang akan berhasil mempertahankan tingkat kemampuan hidup saat ini di seluruh dunia," tutup laporan tersebut.

https://properti.kompas.com/read/2019/09/05/060000221/wina-sabet-gelar-kota-layak-huni-dunia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke