Hal ini terungkap dari panjangnya daftar antrean usaha mikro kecil menengah (UMKM), ritel modern, dan bisnis beragam jenis yang ingin mengisi rest area-rest area di sepanjang ruas tol yang dilintasi Tim Kompas.com pada ekspedisi Merapah Trans Sumatera 2019.
Adapun ruas tol yang dilintasi Tim Kompas.com Merapah Trans Sumatera selama 6 hari mulai 26 Agustus hingga 31 Agutus 2019 yakni Bakauheni-Terbanggi Besar, Terbanggi Besar-Pematang Panggang, Pematang Panggang-Kayu Agung, dan Palembang-Indralaya.
Sementara ruas Kayu Agung-Palembang sepanjang 111,6 kilometer belum bisa dilintasi karena konstruksinya baru mencapai sekitar 46 persen.
Menurut Pimpinan Proyek Hutama Karya Tol Terbanggi Besar-Pematang Panggang Bambang Eko, antusiasme para peritel modern, UMKM, dan para pebisnis lainnya dengan beragam jenis usaha sangat tinggi.
"Kami mencatat terdapat ratusan UMKM dan peritel yang masuk dalam waiting list," ungkap Bambang.
Dari pembicaraan dan diskusi intensif dengan HKR, lanjut Bambang, dapat disimpulkan bahwa geliat ekonomi di sepanjang kota, kabupaten dan kawasan yang dilintasi Tol Trans Sumatera terus bergerak menuju tren makin progresif.
Hutama Karya sendiri berencana untuk mengembangkan kawasan terpadu yang mengintegrasikan infrastruktur jalan tol dengan kawasan industri, pusat komersial, dan pusat ekonomi.
"Hal itu sedang dikaji studi kelayakannya," kata Bambang.
Harga lahan melonjak
Operational Manager Hutama Karya Hery Prasetyo mengatakan, geliat ekonomi tersebut dipicu oleh terus bertumbuhnya kendaraan yang menggunakan Jalan Tol Trans Sumatera.
Hery mencatat lalu lintas harian rata-rata (LHR) yang melintasi ruas Bakauheni-Terbanggi Besar sebanyak 9.000 kendaraan atau 52 persen dari target yang ditetapkan.
"Jumlah ini terus melonjak saat menjelang hari libur, Ramadhan, Lebaran, Natal, dan Tahun Baru," kata Hery.
"Angka ini lonjakan besar dari LHR harian," imbuh Hery.
Jenis kendaraan yang melintas pun boleh dikatakan sama banyaknya antara kendaraan logistik dan Golongan I atau kendaraan pribadi.
Selain itu, Bambang menambahkan, yang menjadi isu utama dari kehadiran Tol Trans Sumatera selain bangkitan ekonomi dan meningkatkan daya saing, juga peningkatan harga tanah.
"Laju kenaikan harga lahan sudah terjadi sebelum Tol Trans Sumatera dibangun yakni saat akan pengukuran lahan, pembebasan lahan, masa konstruksi, dan setelah konstruksi," jelas Bambang.
Kendati tidak menyebut angka pasti, namun Bambang memperkirakan harga lahan di kawasan yang dilintasi ruas Terbanggi Besar-Pematang Panggang melonjak sekitar 15 persen hingga 25 persen.
Demikian halnya dengan ruas Pematang Panggang-Kayu Agung yang menurut Manajer Teknik Hutama Karya Pematang Panggang-Kayu Agung Ahmadi tak kalah besar kenaikannya.
"Kami dapat menghitung sekitar 15 persen. Makin ke arah Palembang, makin tinggi peningkatannya," sebut Ahmadi.
Dari penelusuran Tim Kompas.com, harga pasar untuk lahan di kawasan yang dilintasi ruas Bakauheni-Terbanggi Besar mencapai Rp 5 juta hingga Rp 10 juta per meter persegi.
Harga lebih tinggi terdapat di kawasan-kawasan yang memiliki pintu tol langsung dan mengarah ke Bandara Radin Inten, yakni berkisar antara Rp 12 juta hingga Rp 15 juta per meter persegi.
Adapun harga lahan di kawasan yang dilintasi ruas Terbanggi Besar-Pematang Panggang yang banyak terdapat sentra komoditas hasil bumi, sekitar Rp 3 juta hingga Rp 7 juta per meter persegi.
Sementara di ruas Palembang-Indralaya, harga lahan terendah sudah mencapai dua digit yakni Rp 10 juta per meter persegi.
Direktur Terrakon Property Nata Susanto mengungkapkan kehadiran ruas Palembang-Indralaya, selain membawa prestise bagi kawasan, juga menjadi pemicu lonjakan harga tanah.
"Di satu sisi hal ini sangat positif, namun di sisi lain, kami sebagai pengembang harus makin selektif dan kreatif dalam memilih lahan dengan harga lebih murah. Di Palembang Ulu yang berdekatan dengan ruas Palembang-Indralaya, ada yang berani pasang harga Rp 12 juta per meter persegi," sebut Nata.
VIDEO: Perjalanan Tim Kompas.com Merapah Trans Sumatera 2019
https://properti.kompas.com/read/2019/09/01/183000921/tol-trans-sumatera-geliat-ekonomi-dan-lonjakan-harga-tanah