Pembangunan tanggul ini ditujukan untuk melindungi daratan dari terjangan air laut yang bisa mengakibatkan banjir rob.
Permukaan daratan ini turun pasca bencana gempa, tsunami dan lukuifaksi September 2018.
Kepala Satuan Tugas Penanggulangan Bencana Sulawesi Tengah Kementerian PUPR Arie Setiadi Moerwanto menuturkan, contoh daerah permukaan tanah turun yaitu di Kelurahan Talise, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu.
"Contohnya di daerah Talise tadinya tidak pernah kebanjiran, sekarang di sana banjir. Makanya kami buat tanggul di pantai," kata Arie di kantor Kementerian PUPR, Jakarta, Senin (8/4/2019).
Tanggul tersebut dirancang dengan ketinggian sekitar 3 meter di atas permukaan tanah. Ketinggian itu dinilai cukup untuk menahan air laut tidak masuk ke daratan, apalagi sampai ke permukiman warga setempat.
“Tinggi muka air laut di sana diperkirakan sekitar 2,66 meter, sedangkan tanah di daerah tersebut tingginya kira-kira hanya dua meter. Kami buat tanggulnya di sini lebih kurang 3 meter. Jadi bukan untuk tsunami, hanya supaya saat muka air laut tinggi, lalu tidak masuk ke daratan,” jelas Arie.
Rencana pembangunan tanggul saat ini telah masuk tahap penyelesaian desain dan proses lelang.
"Setelah tanggul ini selesai dibangun, tidak kebanjiran lagi. Baru kemudian kami bangun yang lain-lain. Kalau sekarang belum bisa karena masih kumuh. Kotoran dari laut semuanya masuk ke daratan," pungkasnya.
https://properti.kompas.com/read/2019/04/09/072245621/tanggul-7-kilometer-bakal-dibangun-di-palu