Demikian Group Managing Director GuocoLand Singapura Cheng Hsing Yao menjawab pertanyaan Kompas.com, terkait rencana ekspansi kelompok usaha GuocoLand di Indonesia, pekan lalu.
Cheng menuturkan, sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi positif dan stabil, Indonesia diprediksi akan mampu menjadi incaran para investor properti dunia.
"Kami sedang mempelajari dan mengkaji serta mempertimbangkan berbagai kemungkinan untuk dapat menggarap pasar properti di Indonesia," tambah Cheng.
Terbukti, dalam sembilan tahun terakhir, mengutip riset Urban Redevelopment Authority (URA), Indonesia selalu berada di urutan tiga besar sebagai pembeli asing dengan properti terbanyak di Singapura.
"Bahkan, pada 2006 hingga 2007, Indonesia menjadi nomor satu sebagai pembeli properti terbanyak di Singapura," ungkap Dora.
Selektif
Namun, sebelum melakukan ekspansi, lanjut Cheng, GuocoLand tentunya akan melakukan studi kelayakan atau feasibility study. Tidak asal masuk, melainkan berdasarkan pertimbangan dan riset mendalam.
Untuk membangun apartemen Martin Modern saja, butuh riset sekitar dua sampai tiga tahun. Padahal, skala proyek ini tidak sebesar Tanjong Pagar Vertical City atau Tanjong Pagar Center.
"Kami sangat selektif, dan betul-betul dapat menjawab kebutuhan pasar. Kami tidak terlalu agresif. Namun, sekalinya membangun, benar-benar produk yang dibanggakan sekaligus layak sebagai instrumen investasi. Tanjong Pagar Center dengan Guoco Tower-nya adalah salah satu legacy kami untuk Singapura," tutur Cheng.
Di Indonesia, GuocoLand Singapura memang belum dikenal dan belum sepopular pengembang Singapura lainnya macam Sembawang Corp, Keppel Land, atau CapitaLand.
Gedung ini mengangkasa 290 meter di atas permukaan laut dan mencakup 64 lantai.
Ini adalah rekor baru setelah lebih dari 20 tahun Singapura vakum dari pembangunan pencakar langit-pencakar langit dengan ketinggian di atas 280 meter.
Guoco Tower yang merupakan bagian dari Tanjong Pagar Vertical City atau Tanjong Pagar Center mengalahkan hegemoni tiga bangunan lainnya yang mengangkasa sekitar 280 meter.
Ketiganya adalah One Raffles Place yang selesai dibangun tahun 1988, UOB Plaza One tahun 1992, dan Republic Plaza tahun 1995.
Sebagai informasi, gedung tertinggi di Indonesia, Gama Tower, yang rampung 2017 lalu, masih kalah tinggi ketimbang Guoco Tower. Gama Tower yang dibangun Gama Land menjulang 285,5 meter yang mencakup 64 lantai.
Multinasional
GuocoLand Singapura merupakan anak usaha dari GuocoLand Limited Group yang juga bagian dari HongLeong Group yang didirikan di Malaysia pada 1963 silam.
Sementara GuocoLand Group terdaftar di Bursa Efek Singapura dengan anak usaha andalannya GuocoLand Singapura.
Dalam sejarah panjangnya selama 27 tahun, GuocoLand Singapura telah berhasil mengembangkan 35 proyek hunian yang mencakup 10.000 unit apartemen dan rumah.
Produk andalannya, tentu saja Tanjong Pagar Vertical City atau Tanjong Pagar Center. Proyek kelas atas ini meliputi perkantoran Guoco Tower, Wallich Residence, ruang ritel, hotel bisnis bintang 5 yang dioperasikan Sofitel, dan taman kota.
Proyek ini menelan dana 3,2 miliar dollar Singapura atau setara Rp 33,2 triliun.
Tak hanya berkiprah di negeri dengan luas wilayah 721 kilometer persegi, GuocoLand Limited juga beroperasi dan berinvetasi di China.
Mereka menanamkan investasi senilai Rp 42,5 triliun di area seluas 25 hektar yang tersebar di Beijing, Shanghai, Nanjing, dan Tianjin.
Sementara di Malaysia, perusahaan sudah melantai di Bursa efek negeri jiran ini pada 2006, dengan proyek andalan Menara HLA, dan HP Towers di Kuala Lumpur.
Adapun proyek mereka di Vietnam berupa mixed use development bernama The Canary, dengan luas total sekitar 17,5 hektar yang terletak di Provinsi Binh Duong.
Bahkan, belum lama ini, menurut Cheng, mereka juga tengah merambah pasar properti Inggris, dan Australia.
"GuocoLand akan terus mengkaji peluang-peluang yang ada, terutama di Asia Tenggara seperti Indonesia," tuntas Cheng.
https://properti.kompas.com/read/2019/03/26/144112521/indonesia-di-mata-raksasa-properti-singapura