Menurut Country Manager Structures Division Trimble Solutions Representative Office Indonesia, Ajie Pamadaraji, tenaga konstruksi Indonesia sudah cukup siap dalam menghadapi tantangan revolusi ini.
"Kalau dari costumer kami mereka sudah siap duluan. Sekarang tinggal pasarnya mau menerima tidak," kata Ajie saat wawancara eksklusif bersama Kompas.com, Senin (4/3/2019).
Kesiapan tersebut, tidak terlepas dari pengenalan piranti lunak penunjang yang dilakukan sejak di perguruan tinggi oleh perusahaan seperti Trimble.
Dengan mengenalkan metode Building Information Modelling (BIM) kepada mahasiswa, hal itu tak hanya membuat mahasiswa lebih familiar dengan piranti lunak ini tetapi juga mendukung penggunaan piranti asli pada masa depan.
Lampu hijau juga telah diberikan pemerintah dalam penggunaan BIM dalam pembangunan infrastruktur. Tak hanya efisien dari aspek waktu, BIM juga memungkinkan penggunaan material yang lebih efektif.
"Sekarang, untuk proyek pemerintah sudah mulai ke arah BIM. Sebetulnya sudah dari beberapa tahun lalu ya. Dalam dokumen (pengadaan) mereka sudah mencantumkan software BIM dibutuhkan," tutur Ajie.
Area Director Structures Divison Trimble Solutions SEA Pte Ltd, Thomas Phang menambahkan, teknologi informasi hanyalah piranti untuk memudahkan pembangunan tersebut. Namun kunci di balik itu semua ada pada penggunanya.
Dalam lima tahun terakhir, Trimble telah berupaya untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya penggunaan teknologi BIM dalam pembangunan proyek infrastruktur. Terutama kepada mahasiswa.
Hal itu untuk membiasakan mereka dalam penggunaan teknologi ini pada saat telah terjun ke dunia kerja.
Dengan demikian, diharapkan komunikasi dan kolaborasi dapat dilakukan secara cepat dalam menyelesaikan sebuah proyek infrastruktur.
"Saya berpikir, bagaimana kita menciptakan sebuah metode pengecekan yang real time, bagaimana kita menggunakan IoT untuk menciptakan visualisasi kepada para stakeholder, kita gunakan Trimble Connect cloud base untuk meningkatkan kolaborasi dan komunikasi," ujar Phang.
Dengan cara ini, tenaga kerja konstruksi Indonesia juga dapat berperan aktif dalam pekerjaan konstruksi di luar negeri.
Sebagai contoh, sebuah proyek yang digarap di Amerika Serikat, dapat dipantau pekerjaannya dari Indonesia dengan menggunakan aplikasi Tekla Structures milik perusahaan ini.
Bila ada masalah, maka hal tersebut dapat dipantau dari jauh tanpa harus membuang waktu pergi ke lokasi proyek.
Kontraktor pelaksana cukup memberikan informasi tentang persoalan yang dihadapi. Kemudian persoalan tersebut diunggah ke cloud untuk dipecahkan bersama.
"Ketika terjadi masalah kita bisa bahas. Itulah fungsi teknologi dalam sebuah proyek infrastruktur," tuntas Phang.
https://properti.kompas.com/read/2019/03/05/090413921/tenaga-konstruksi-indonesia-dinilai-mampu-hadapi-revolusi-40