Ini artinya ruang kosong perkantoran tak berpenghuni mencapai 1,512 juta meter persegi. Angka ini lebih luas ketimbang catatan 2017 yang masih bertengger di angka 21,5 persen atau 1,354 juta meter persegi.
Kekosongan terluas ada di level Grade A, yakni 33 persen atau 2,08 juta meter persegi. Selanjutnya, diikuti oleh gedung Premium Grade di angka 23 persen, Grade B sebesar 15 persen, dan Grade C di kisaran 13 persen.
Tingginya angka kekosongan ini karena banyaknya suplai gedung baru, sedangkan permintaan tidak berimbang.
"Pasokan baru tidak diimbangi dengan permintaan beberapa tahun terakhir. Suplai bertambah signifikan, tapi pengisian tidak terlalu banyak sehingga vacancy meningkat," ucap Head of Research and Consultancy Savills Indonesia Anton Sitorus dalam paparan di kantornya, Jakarta, Rabu (27/2/2019).
Hal ini mengakibatkan harga sewa untuk semua kategori pun menurun dengan angka rata-rata 1,8 persen menjadi Rp 202.000 per meter persegi.
Penurunan paling besar dialami kantor kelas Premium, diikuti Grade A dan Grade B. Sedangkan Grade C ada sedikit peningkatan.
"Sampai akhir tahun lalu, khususnya kelas premium menurun lumayan signifikan. Indeksnya pada tahun 2017 di kisaran 180, sekarang turun 150. Turunnya sekitar 25 persen year on year," kata Anton.
Dia menambahkan, saat ini permintaan ruang kantor kebanyakan dari perusahaan e-commerce, start-up, dan oparator co-working space.
"Mereka mulai menempati gedung kantor komersial, yang tadinya di gedung sendiri. E-commerce itu seperti Traveloka, Tokopedia, dan Go-Jek. Kalau co-working space misalnya Go-Work, Co-Hive, dan We-Work," imbuhnya.
https://properti.kompas.com/read/2019/02/27/190000221/pasok-berlebih-15-juta-meter-persegi-perkantoran-di-jakarta-kosong