"Di Singapura pajak jual beli properti untuk pembeli asing, balik nama, dan sejenisnya mencapai 24 persen. Sementara di Australia 12 persen," ujar CEO Crown Group Iwan Sunito pekan lalu.
Alasan lainnya, setiap tahun, jumlah masyarakat Indonesia yang sekolah di Australia terus bertambah.
Dengan mempertimbangkan biaya sewa dan harga unit apartemen di Australia, banyak di antara mereka yang akhirnya memilih membeli unit apartemen.
Terlebih, status kepemilikan apartemen di Australia bagi warga asing itu hak milik seumur hidup, jadi bisa diwariskan. Sementara di Singapura adalah hak guna pakai selama 99 tahun.
Kalaupun pada akhirnya ada hal buruk yang menimpa unit apartemen yang membuat tidak bisa lagi ditinggali, sang pemilik akan mendapatkan ganti rugi.
"Risiko kepemilikan aset properti di Australia relatif kecil," kata Iwan.
Lingkungan di Australia juga sangat nyaman untuk ditinggali. Beberapa kota di Australia, seperti Sydney, masuk 10 besar kota paling layak huni.
Dari sisi harga properti, di kota-kota besar seperti Sydney, Melbourne, dan Brisbane kenaikannya mencapai 8-10 persen per tahun. Bahkan, pada 2015 kenaikan harga properti di Australia bisa mencapai 15 persen.
Faktor-faktor tersebut membuat properti Australia banyak diminati dan banyak yang mengalihkan investasi properti dari Singapura ke Australia.
Sebagian besar masyarakat Indonesia yang memiliki properti di Australia, membeli unit tersebut untuk keperluan investasi. Kontribusinya bisa mencapai 50 persen.
Sebanyak 30 persen untuk sekolah dan 15-20 persen untuk menghabiskan hari tua.
"Salah satu kota di Indonesia yang warganya paling banyak memiliki unit properti di Australia adalah Bandung," kata GM Corporate Communication Crown Group Bagus Sukmana.
Itulah mengapa Bandung menjadi salah satu target pasar bagi Crown Group, selain Jakarta dan Surabaya.
Tahun ini Crown Group yang dibesut pengusaha properti berdarah Indonesia tersebut akan membangun apartemen bergaya Jengan dengan mengusung kolaborasi tiga arsitek papan atas dunia.
Apartemen yang berlokasi di kawasan Waterloo, Sydney tersebut, diproyeksikan rampung pada 2021.
https://properti.kompas.com/read/2018/10/29/210000621/ini-motif-orang-indonesia-belanja-properti-di-australia