Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mereka yang Berjasa Memetakan Gempa Palu dan Donggala

"Bantu Petakan Palu-Donggala. Tasking Manager untuk Gempa Palu-Donggala telah diaktifkan"

JAKARTA, KOMPAS.com - Seruan tersebut mencuat pertama kali pada akun Instagram resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), @bnpb_indonesia, pada Jumat (28/9/2018) malam, atau beberapa jam setelah gempa bermagnitudo 7,4 terjadi.

Jaringan komunikasi di wilayah tersebut putus, membuat masyarakat was-was. Di sisi lain, upaya untuk memperbarui informasi terus dilakukan, guna memastikan dampak gempa.

BNPB yang kemudian melihat hal tersebut sebagai sebuah tantangan, lantas membuka partisipasi masyarakat untuk berperan aktif dalam memperbarui informasi.

"Ada banyak cara untuk membantu korban bencana gempa di Donggala. Ini adalah salah satu caranya. Cukup dengan komputer dan koneksi internet, kamu bisa bergabung dengan ratusan mapper atau contributor lainnya melengkapi data keterpaparan yang dapat digunakan oleh pemerintah dan lembaga kemanusiaan untuk mendistribusikan bantuan tepat sasaran," tulis BNPB.

Melihat seruan tersebut, Yantisa Akhadi dan rekan-rekannya dari Humanitarian OpenStreetMap (OSM) Team Indonesia, tergerak.

Tanpa banyak komando, ia meminta kepada rekan-rekannya untuk meninggalkan pekerjaan mereka sementara waktu.

Ada belasan anggota OSM yang kala itu berada di markas mereka yang berada di Jalan Tebet Timur Dalam VII Nomor 15, Tebet, Jakarta Selatan.

Mereka yang semula tengah mengerjakan peta jaringan jalan se-Indonesia dengan menggunakan teknologi artificial intelligence, pun langsung berhenti dan mematuhi instruksi yang diberikan.

"Kami tahu ini adalah gempa yang serius. Makanya kami segera dukung dengan cara menggerakkan relawan," kata Yantisa yang juga bertindak sebagai Country Manager HOT Indonesia kepada Kompas.com, Senin (8/10/2018).

Seketika, informasi dari BNPB juga disebarkan melalui jejaring komunikasi Facebook yang diikuti oleh sekitar 4.300 volunteer yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Saat itu yang ada di dalam pikiran Yantisa dan rekan-rekannya adalah bagaimana caranya menyelesaikan tugas yang diberikan BNPB ini secepat mungkin.


Mereka menyadari bahwa banyak pihak yang membutuhkan informasi dan data akurat untuk memperhitungkan berapa jumlah korban dan luas area yang terpapar gempa.

"Semua yang ada di bangunan ini bareng-bareng memetakan. Makanya Palu dan Donggala bisa selesai dipetakan itu Senin. Karena kita kerahkan puluhan bahkan ratusan orang," kata dia.

Alhasil Senin (1/10/2018) siang, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho untuk pertama kalinya dapat memberikan informasi sementara terkait jumlah sementara rumah yang rusak akibat gempa.

Termasuk fenomena likuefaksi di Petobo, Palu Selatan dan tanah amblas di kawasan Balaroa, Palu Barat.

Saat itu, Sutopo menyebutkan, jumlah rumah rusak di Balaroa mencapai 1.747 unit. Sementara yang tertimbun lumpur hitam di Petobo mencapai 744 unit.

Data tersebut, menurut Yantisa, didapat dengan membandingkan informasi yang diperoleh di lapangan dengan data yang dimiliki berdasarkan citra satelit sebelumnya.

Namun karena masih bersifat sementara, data pun terus diaktualisasi sehingga diperoleh data yang lebih valid termasuk luas area hingga jalan.


Akhirnya pada Sabtu (6/10/2018), OSM memperbarui data tersebut yang dibagikan kepada komunitas mereka yang ada di Facebook. Ada dua peta yang dibagikan yaitu Petobo dan Balaroa.

Untuk kawasan Petobo, luas wilayah yang terdampak mencapai 185,13 hektar. Adapun jumlah bangunan terdampak mencapai 2.051 unit yang terdiri atas 218 unit rusak ringan dan 1.833 unit rusak berat.

Sementara, jumlah jalan terdampak mencapai 30,75 kilometer meliputi jalan sekunder, jalan lokal, jalan pemukiman, jalan setapak dan jalan lainnya.

Adapun untuk wilayah Balaroa, luas area terdampak mencapai 51,34 hektar.

Jumlah bangunan yang terdampak mencapai 1.627 unit terdiri atas rusak sedang 263 unit dan rusak berat 1.364 unit.

Sementara, panjang jalan terdampak mencapai 12,03 kilometer terdiri atas jalan lokal, jalan pemukiman, gang dan jalan setapak.

"Bagaimana kita bisa tentukan oh ini rusak berat, oh ini rusak sedang itu dari interpretasi citra sebelum dan sesudah. Perbandingan," ujarnya.

"Makanya yang kemarin dibuat, kenapa ini berwarna hijau (rusak ringan), karena masih di sini (di tempat semula). kenapa kuning (rusak berat) ini karena sudah kena likuefaksi (bergeser)," tutup Yantisa.

https://properti.kompas.com/read/2018/10/08/210433021/mereka-yang-berjasa-memetakan-gempa-palu-dan-donggala

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke