Dengan kebijakan ini, pemerintah berharap, terjadi perubahan gaya hidup masyarakat dalam menggunakan transportasi publik.
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Herry Trisaputra Zuna tak menampik, kebijakan ini memberikan keuntungan besar terhadap pelaku industri angkutan logistik.
Pasalnya, tarif yang harus mereka bayar mendapat potongan yang cukup besar.
Keuntungan serupa juga akan dirasakan masyarakat pengguna kendaraan pribadi yang melakukan perjalanan jarak jauh di atas 17,5 kilometer.
Sementara, mereka yang melakukan perjalanan jarak pendek akan merasakan kenaikan tarif.
"Dia akan naik dari Rp 9.500 jadi Rp 15.000," singkat Herry dalam sebuah diskusi di Jakarta, Rabu (26/9/2018).
Dengan integrasi ini, diharapkan dapat terjadi peralihan penggunaan tol.
Sejak awal, jalan tol didesain bagi mereka yang ingin melakukan perjalanan jarak jauh dan untuk angkutan logistik.
Dengan penurunan tarif, angkutan logistik yang biasanya menggunakan jalan utama diharapkan beralih ke jalan tol.
Sementara masyarakat yang biasa melakukan perjalanan jarak dekat dengan jalan bebas hambatan, dapat beralih menggunakan jalan utama non tol.
"Dengan cara ini, truk kita dorong ke atas dan mudah-mudahan yang di bawah ini lebih lancar," ujarnya.
Herry juga berharap agar kelak masyarakat dapat memanfaatkan fasilitas transportasi publik yang tengah dibangun pemerintah, seperti light rail transit (LRT) dan mass rapid transit (MRT).
Kedua moda transportasi itu juga dibangun dengan menggunakan jalur yang sama seperti JORR.
"Jadi yang dulu mindset-nya bawa mobil, itu harus berubah," tutup Herry.
https://properti.kompas.com/read/2018/09/26/203327521/integrasi-tol-jorr-momen-tepat-perubahan-mindset-berkendara