Pengeboran dihentikan sebab hingga kedalaman 3.400 meter di bawah permukaan tanah, tim teknis PT SAE tak kunjung menemukan sumber panas bumi yang diharapkan.
Kepala Teknis Panas Bumi PT SAE Albaren Simbolon mengatakan, pengeboran di well pad H sudah berhenti sejak 31 Mei 2018.
Menurut dia, pengeboran akan kembali dilakukan setelah ada hasil observasi tim studi panas bumi.
Kajian dan evaluasi dari tim ini juga dibutuhkan untuk menganalisa arah sumber panas bumi di perut Gunung Slamet.
“Untuk sementara kami tidak mengerjakan well pad H lagi. Tidak dulu. Kami masih menunggu kajian geologinya,” katanya saat acara media gathering di Purwokerto, Rabu (1/8/2018).
Meski demikian, pihaknya yakin akan potensi panas bumi yang terkandung dalam perut gunung, menyusul indikasi positif yang diperoleh dari data teknis.
Indikasi positif tersebut, kata Albaren, mencakup angka temperatur dan juga tekanan atau flow yang timbul dari dalam sumur bor.
“Memanfaatkan geothermal ini sangat tergantung dengan alam. Potensi ada, namun apakah itu komersial atau tidak. Contohnya jika asamnya tinggi, dapat menimbulkan pipa keropos, bisa menimbulkan kebocoran. Tidak meledak, tapi kebocoran. Kami sangat menghindari hal tersebut,” tutur Albaren.
Meskipun dihentikan, kondisi well pad H yang terletak di atas Desa Sambirata dan Karangtengah, Kecamatan Cilongok, Banyumas, Jawa Tengah tidak dibiarkan bergitu saja. Sumur sedalam 3.400 meter tersebut, saat ini ditutup dengan kepala sumur.
“Tidak ada pengeboran saat ini. Well pad H kami tutup dengan kepala sumur well pad. Selanjutnya ada beberapa opsi, sambil berjalan melakukan pengerjaan di well pad F,” imbuh dia.
Untuk diketahui, PT SAE sebagai rekanan pelaksana proyek ditarget dapat memproduksi 220 mega watt listrik dari panas bumi yang terkandung dalam perut Gunung Slamet. Saat ini PT SAE tengah mengembangkan tiga well pad untuk merealisasikan target tersebut.
Adapun perkiraan biaya untuk proyek pengeboran satu sumur yakni sekitar 8,5 juta dollar AS atau setara Rp 119 miliar. Biaya tersebut belum termasuk pembangunan well pad dan infrastruktur penunjang lainnya.
Buka well pad baru
Sembari menunggu hasil kajian dan observasi tim studi panas bumi, PT SAE mulai membuka akses jalan menuju well pad kedua, yakni well pad F. Sampai sejauh ini, pekerjaan jalan untuk menjangkau well pad F telah mencapai 90 persen.
Community Relation PT SAE Riyanto Yusuf memperkirakan, jalan menuju well pad F sudah dapat diakses oleh peralatan pengeboran di minggu ketiga bulan Agustus 2018.
Berbekal hasil observasi tim studi panas bumi di sumur sebelumnya, pengeboran di well pad F akan mulai dilaksanakan pada September.
“Kalau semua tepat waktu, kami targetkan pengeboran di well pad F akan selesai bulan Desember 2018,” kata Riyanto.
Setelah well pad F beroperasi, Riyanto menyebut, PT SAE akan membuka satu well pad lagi, yakni well pad N yang berjarak satu kilometer ke arah tenggara dari tiga well pad inilah, pihaknya yakin akan dapat memenuhi target energi 220 mega watt.
“Kami optimis, harus dong. Dapat memenuhi targetnya, 220 mega watt. Itu kan tiga tahap, yang pertama 10, 75 dan kemudian sisanya lagi,” tambah Riyanto.
Untuk merealisasikan targetnya, PT SAE juga telah mengajukan perpanjangan izin ekspolrasi hingga bulan Juli 2020.
Sebab, hingga batas waktu yang diberikan, yakni juli 2018, PT SAE tak kunjung mendapatkan hasil panas bumi yang diharapkan. Izin tesebut termasuk mengajukan perluasan area, atau Izin Pakai Kawasan Hutan (IPKH).
“Penambahan IPKH itu bukan maksudnya memperluas area. Tapi agar memberikan keleluasan kepada kami agar isu lingkungan ke masyarakat jangan terulang lagi,” pungkasnya.
https://properti.kompas.com/read/2018/08/02/160000321/pengeboran-3.400-meter-di-gunung-slamet-dihentikan-sementara