Menurut Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland Archied Noto Pradono turunnya pendapatan lantaran kondisi properti yang masih kurang baik. Konsumen dan investor masih cenderung mengambil sikap menunggu terhadap perubahan kondisi pasar.
“Segmen pengembangan kawasan industri dan recurring income (pendapatan berkelanjutan) menjadi pendorong utama pencapaian kinerja keuangan tahun 2017. Hasil penjualan lahan kawasan industry sepanjang tahun lalu bisa langsung dibukukan sebagai pendapatan usaha,” kata Archied dalam keterangan tertulis, Senin (26/3/2018).
Segmen kawasan industri memberikan kontribusi 25 persen dari total pendapatan usaha, yaitu sebesar Rp 550,9 miliar. Bila dibandingkan tahun sebelumnya, terjadi peningkatan mencapai 578 persen.
Sementara, properti investasi menyumbang pendapatan 24 persen atau sekitar Rp 528,2 miliar. Peningkatan ini dipicu oleh meningkatnya kontribusi dari pendapatan sewa perkantoran dan pengelolaan fasilitas gedung dan kawasan.
Adapun segmen mixed use and high rise dan pengembangan kawasan perumahan mengalami penurunan masing-masing 37 persen dan 43 persen. Kontribusi kedua segmen itu terhadap pendapatan usaha masing-masing sebesar Rp 703,6 miliar dan Rp 420 miliar.
“Penurunan ini karena marketing sales pada segmen mixed-use and high rise dan kawasan perumahan belum bisa dibukukan sebagai pendapatan usaha tahun 2017, karena menunggu progres pembangunan,” ungkap Archied.
Pada tahun lalu perseroan memperoleh kinerja marketing sales cukup baik, yakni sebesar Rp3,3 triliun, atau 106,3 pesen lebih tinggi dari tahun 2016. Segmen pengembangan mixed-use and high rise serta kawasan perumahan memberikan kontribusi marketing sales masing-masing sebesar Rp1,9 triliun dan Rp 483 miliar.
Ditinjau berdasarkan tipenya, pendapatan dari pengembangan (development income) memberikan kontribusi sebesar Rp 1,67 triliun atau 76 persen dari keseluruhan.
Sementara pendapatan berkelanjutan yang berasal dari segmen properti investasi seperti penyewaan perkantoran, pengelolaan sarana olah raga, pengelolaan kawasan dan gedung, serta penyewaan pergudangan memberikan kontribusi Rp 528,2 miliar atau 24 persen.
Dari sisi kinerja profitabilitas, Perseroan membukukan laba kotor sebesar Rp955,7 miliar dan laba usaha mencapai Rp344,9 miliar. Laba bersih perseroan tercatat mencapai Rp297,5 miliar, cenderung sama dengan perolehan tahun lalu.
“Di tengah tantangan besar sepanjang tahun lalu, Perseroan berhasil menjaga kinerja laba bersih. Kami masih mempertahankan langkah dan strategi konservatif di tahun ini,” kata Archied lebih lanjut.
Untuk tahun ini, Archied mengatakan, Intiland telah menyiapkan sejumlah strategi kunci untuk menjaga pertumbuhan kinerja usaha. Salah satunya adalah melalui pengembangan dan peluncuran proyek-proyek baru yang akan dilakukan tahun ini.
“Untuk meluncurkan proyek-proyek baru, kami tentu tetap mempertimbangkan perubahan arah dan kondisi pasar. Namun kami yakin kondisinya akan berangsur membaik, sehingga pasar properti akan kembali bergairah dan kondusif bagi investasi,” kata Archied.
https://properti.kompas.com/read/2018/03/27/102420221/pendapatan-intiland-turun-tipis