Kompas.com berkesempatan menyambangi lokasi jalan layang tersebut, Jumat (2/3/2018) malam. Ukiran yang ada menggambarkan ragam filosofi khas melayu yang kental.
Pucuk rebung merupakan pohon yang tidak mudah tumbang oleh tiupan angin. Sementara bunga kacang yang dilambangkan dengan biji bisa hidup dan tumbuh di mana saja.
Adapun pada sisi kiri dan kanan terdapat ornamen lebah bergayut yang mengingatkan bahwa Bumi Melayu Riau dahulu sangat kaya akan pepohonan besar yang sebagian dijadikan sebagai tempat menggantungkan rumah lebah.
Sementara itu pada tubuh utama dinding fly over, selain terdapat ornamen lebah bergayut juga ada ornamen tampok manggis yang melambangkan kejujuran, bunga tudung yang melambangkan perlindungan atau sebuah pengayoman, serta putik sekuntum yang berarti kesucian.
"Kami melibatkan LAM (Lembaga Adat Melayu) dalam mendesain jalan layang ini," kata Kepala Balai Pelaksnaan Jalan IV Ditjen Bina Marga Junaidi.
Adapun anggaran untuk beutifikasi pada dinding flyover menghabiskan dana sekitar Rp 4 miliar.
Kehadiran jalan layang ini, diakui Junaidi, cukup membantu kelancaran arus lalu lintas masyarakat. Pada jam-jam sibuk, tak kurang dari 272 ribu kendaraan melintasi Simpang Jam dari Bandara Hang Nadim menuju pusat Kota Batam.
"Direncanakan akan dibangun tahun depan," kata dia.
https://properti.kompas.com/read/2018/03/04/101449221/menyaksikan-keindahan-fly-over-simpang-jam-pada-malam-hari