Menurut Basuki, tak jarang mental kontraktor Indonesia turun ketika melihat hasil pekerjaan kontraktor asing, khususnya Jepang.
Selain berkualitas, kontraktor Jepang juga selalu menerapkan sistem K3 sesuai prosedur operasional standar (SOP).
"Kita juga bisa, jangan minder. Kita tidak boleh beretorika seperti itu. K3 is a must," kata Basuki saat meresmikan Komite Keselamatan Kerja (KKK) di Auditorium Kementerian PUPR, Senin (29/1/2018).
Basuki mengatakan, pembentukan KKK merupakan salah satu langkah pemerintah dalam mendorong kontraktor untuk selalu mematuhi SOP.
"Apa yang sudah kita tandatangani bersama tadi, tentang materialnya, manusianya, peralatannya, metodologinya, teknologinya yang harus sesuai dengan yang disepakati dan distandarkan dengan kaidah-kaidah yang ada," tutur Basuki.
Dalam kesempatan itu, Basuki juga menyoroti persoalan lingkungan kerja sebuah proyek. Di setiap kesempatan, ia mengaku, kerap menghubungi pimpinan proyek bila mendapati ketidakberesan di sebuah lingkungan kerja.
Bahkan dua tahun lalu, ia perah mengumpulkan sejumlah kontraktor nasional, untuk membandingkan cara kerja mereka dengan cara kerja kontraktor asing yang membantu Indonesia dalam menggarap proyek infrastruktur. Misalnya, dalam pembangunan proyek mass rapid transit (MRT).
"Saya undang semua dan saya bandingkan. Mengapa diawai orang Jepang jauh lebih baik dibandingkan dengan diawasi orang sendiri. Kita harus ubah betul mental kita," kata dia.
Untuk diketahui, dalam catatan Kompas.com, ada 11 kasus kecelakaan konstruksi yang tejadi dalam kurun waktu enam bulan terakhir.
Kasus itu seperti jatuhnya crane pada proyek light rail transit (LRT) Palembang, ambruknya Jembatan Tol Bocimi, dan jatuhnya crane pada proyek Tol Bogor Outer Ring Road (BORR).
Kemudian, jatuhnya girder pada proyek Tol Pasuruan-Probolinggo, ambruknya girder jembatan penyeberangan orang Tol Pemalang-Batang, tergulingnya girder Tol Depok-Antasari, hingga jatuhnya girder LRT di Utan Kayu, Jakarta Timur.
https://properti.kompas.com/read/2018/01/29/223000421/kata-basuki-kontraktor-indonesia-jangan-minder-sama-jepang