Karena bertepatan dengan libur panjang Natal 2017 dan Tahun Baru 2018, pengoperasiannya akan diawasi agar tidak timbul lonjakan kendaraan dan mengurangi kemungkinan terjadinya hal-hal buruk seperti insiden Brexit atau Brebes Exit 2016 silam.
"Kalau tidak diatur akan terjadi bottle neck di pintu keluar. Nanti itu jadi titik kemacetan. Kita antisipasi dengan berkoordinasi dengan kepolisian dan Dinas Perhubungan setempat," ujar Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Marga Soebagiono saat konferensi pers di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Jakarta, Kamis (21/12/2017).
Soebagiono mengatakan, jalan tol ini diprediksi akan banyak diincar pengendara karena baru dibuka.
Pengendara yang biasanya melewati jalan nasional untuk melintasi Surabaya-Mojokerto, akan terdorong untuk masuk tol tersebut. Terlebih lagi, saat ini tol tersebut belum dikenakan tarif sampai 1 Januari 2018 mendatang.
Sementara itu, menurut Corporate Secretary PT Jasa Marga (Persero) Tbk Agus Setiawan, Sumo sangat dibutuhkan karena fungsinya sebagai penghubung jalan yang sudah ada, yaitu Waru-Juanda dan Surabaya-Gempol.
"Dengan Sumo belum kena tarif, saya lihat volumenya pasti akan membludak. Tapi teman-teman di lapangan sudah antisipasi," kata Agus.
Meski tidak menyebutkan angka pasti, ia menggambarkan, di Krian saja volume lalu lintasnya berkisar 30.000-40.000 kendaraan per hari.
Adapun ruas yang baru diresmikan yaitu Seksi IB Sepanjang-WRR, Seksi II WRR-Driyorejo, dan Seksi III Driyorejo-Krian.
Ruas sepanjang 15,5 kilometer itu merupakan bagian dari Jalan Tol Surabaya-Mojokerto yang memiliki panjang 36,27 kilometer.
Dengan diresmikannya ketiga ruas itu, maka seluruh jalan tol ini beroperasi penuh.
https://properti.kompas.com/read/2017/12/21/195557621/waspada-tol-sumo-bakal-seperti-brexit