JAKARTA, KompasProperti - Indonesia diperkirakan masih akan dihadapkan pada tantangan perekonomian yang cukup berat pada tahun 2018. Meski ada pertumbuhan ekonomi, namun diprediksi nilainya tidak terlalu tinggi dan dibawah ekspektasi.
Menurut Pengamat Ekonomi dari Unika Atma Jaya, Agustinus Prasetyantoko, ada dua hal yang mempengaruhi sektor perekonomian Indonesia, yaitu harga barang komoditas dan kondisi perekonomian global.
"Ekonomi domestik masih sangat dominan dipengaruhi oleh komoditas. Dan itu, makanya naik turunnya harga komoditass di tingkat global, berpengaruh terhadap dinamika ekonomi domestik," kata dia saat diskusi Rumah.com Property Outlook 2018 di Jakarta, Kamis (19/10/2017).
Pemerintah, menurut dia, sebenarnya sudah mulai mengurangi ketergantungan ekonomi Indonesia dari sektor komoditas ke sektor industri dan manufaktur. Caranya, yaitu dengan membangun infrastruktur secara masif di berbagai wilayah.
Namun, resesi ekonomi global, kata Agustinus, yang terjadi beberapa waktu lalu juga memberikan imbas terhadap pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Dana Moneter International atau International Moetary Fund (IMF) pada April 2016 lalu mengeluarkan laporan tiga bulanan mereka bertajuk 'Too Slow For Too Long'.
Laporan itu berisi kinerja perekonomian global yang kurang positif dan diprediksi akan terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama.
"Sampai kapan? Tidak akan ada yang tahu," kata dia.
Setahun kemudian, IMF kembali mengeluarkan laporan pada April 2017 yang bertajuk 'Gaining Momentum', setelah diketahui kondisi perekonomian global mulai membaik. Kondisi tersebut juga ditegaskan dalam laporan pada Juli 2017 yang berjudul 'A Firming Recovery'.
Agustinus memprediksi, tren ekonomi secara global akan mengalami kenaikan. Hingga akhir 2017, diperkirakan pertumbuhan ekonomi secara global mencapai 3,5 persen dan 3,6 persen pada tahun depan.
Sementara, bagi negara-negara berkembang, pertumbuhan rata-rata diperkirakan dapat mencapai 4,6 persen pada tahun ini dan 4,8 persen pada tahun depan.
"Intinya secara global, kalaupun proyeksinya optimistik dan diproyeksikan akan terus membaik, pun dalam angka yang relatif rendah," kata dia.
Ditopang properti
Sektor properti memiliki peranan penting dalam mendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia. Hal itu tidak terlepas dari keberadaan industri turunan yang ada di dalam sektor tersebut.
Sebagai gambaran, dalam membangun sebuah rumah, pengembang tentu akan bekerja sama dengan beragam industri lainnya, mulai dari semen, besi, pasir, kaca dan lainnya. Setidaknya, ada sekitar 170 industri turunan yang berada di dalam sektor properti.
"Jadi sektor perumahan, properti, merupakan salah satu yang menyokong (perekonomian. Untuk bisa sampai ke sana, yang bisa diharapkan, industri masih tetep bisa tumbuh meski tidak bisa diharapkan terlalu tinggi," kata dia.
Sementara itu, Head of Marketing Rumah.com Ike Hamdan mengatakan, suplai properti, terutama pada sektor residensial diperkirakan meningkat pada 2018.
Hal itu tidak terlepas dari sejumlah kebijakan pemerintah yang berdampak positif pad aoptimisme terhadap target pertumbuhan ekonomi nasional.
"Kondisi ekonomi diperkirakan akan stabil hingga akhir tahun jika pemerintah tetap konsisten menjalankan kebijakan yang berlaku," kata dia.
Hanya, ia menambahkan, yang perlu diwaspadai yaitu peristiwa tahunan yang akan terjadi pada tahun depan, seperti natal, libur akhir tahun, dan idul fitri. Serta peristiwa politik yang terjadi sepanjang tahun, yaitu Pilkada 2018 dan jelan pemilihan Presiden 2019.
https://properti.kompas.com/read/2017/10/20/101559221/sektor-properti-diprediksi-jadi-penyokong-ekonomi-indonesia-2018