Setelah Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA), Balitbang berinovasi dalam pengembangan teknologi pemanfaatan limbah plastik untuk material perkerasan infrastruktur jalan berupa aspal plastik.
Pengembangan teknologi ini dilatarbelakangi jumlah sampah plastik yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Hingga 2019 mendatang, limbah tak terurai ini diperkirakan mencapai 9,52 juta ton atau 14 persen dari total sampah yang ada di seluruh Indonesia.
Dari jumlah ini, potensi limbah plastik yang dapat diubah pemanfaatannya menjadi jalan sepanjang 190.000 kilometer.
Estimasi ini berdasarkan asumsi plastik yang digunakan sebanyak 2 hingga 5 ton untuk setiap 1 kilometer jalan.
Kepala Balitbang Kementerian PUPR Danis Hidayat Sumadilaga menuturkan, penelitian dan pengembangan teknologi pemanfaatan limbah plastik, sejatinya sudah berlangsung sejak lama.
Uji coba terhadap jalan dengan total panjang 700 meter ini dilakukan untuk mengetahui seberapa tinggi daya tahan, dan seberapa kuat daya rekat aspal plastik.
"Hasil sementara ini, aspal dengan tambahan material sampah plastik jauh lebih lengket, secara teknis stabilitasnya pun lebih baik. Keuntungannya akan lebih tahan terhadap deformasi, dan daya lekat tinggi," tutur Danis kepada KompasProperti, Sabtu (29/7/2017).
Dana yang dibutuhkan untuk mengaspal jalan sepanjang 700 meter tersebut sekitar Rp 600 juta untuk satu kali lapisan dengan ketebalan 4 sentimeter.
Tentu saja, kata Danis, biaya ini jauh lebih murah dengan tingkat stabilitas 40 persen lebih tinggi dibanding aspal tanpa plastik. Pasalnya, jalan dengan aspal tanpa plastik harus dilapisi berulang untuk mencapai stabilitas memadai.
"Setelah uji coba ini, Balitbang akan melakukan pengamatan secara transversal, dan longitudinal," tambah Danis.
Selain di Bali, Balitbang Kementerian PUPR juga akan melakukan uji coba di jalan nasional di wilayah Bekasi yakni Jalan Raya Bekasi-Cikarang pada pertengahan Agustus 2017.
Panjang jalannya sekitar 2 kilometer dengan lebar 14 meter. Biaya yang dibutuhkan senilai Rp 1,5 miliar.
Sementara itu, Deputi Bidang Sumberdaya Manusia, IPTEK, dan Budaya Maritim, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Safri Burhanuddin mengatakan, pemanfaatan limbah plastik sebagai material pengeras jalan merupakan solusi mengatasi sampah.
"Kami sudah punya rencana aksi nasional mengurangi limbah plastik hingga 70 persen sampai tahun 2025 mendatang," kata Safri.
Pemanfaatan limbah plastik menjadi aspal jalan ini merupakan solusi sekaligus bagian dari aksi nasional mereduksi sampah di seluruh Indonesia.
"Kami melibatkan Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI). Nantinya replikasi jalan aspal plastik ini juga akan dilakukan di 16 kota yang limbah plastiknya dapat dipasok ADUPI," tambah Safri.
Rekomendasi
Setelah serangkaian uji coba dilakukan, Balitbang berencana menyiapkan pedoman manual, yang bisa menjadi bahan penelitian lebih lanjut oleh kalangan akademisi.
Selain limbah plastik, Balitbang tengah mengembangkan teknologi pemanfaatan limbah karet dan karet alam.
"Kami arahkan kepada pemanfaat di bidang jalan dan pintu-pintu irigasi. Kami sudah identifikasi. Cuma pengolahannya perlu waktu. Sebelum akhir 2017, kami kemas semuanya dalam satu rekomendasi untuk dapat diterapkan secara massal," jelas Danis.
Pasalnya, tambah dia, secara teknologi Indonesia sangat mampu mengembangkannya karena itu diharapkan partisipasi aktif masyarakat yang lebih luas.
"Dengan teknologi ini, mudah-mudahan limbah plastik dan karet dapat berkurang drastis, dan masyarakat sadar untuk memanfaatkannya lebih bijak," pungkas Danis.
https://properti.kompas.com/read/2017/07/29/235336921/uji-coba-aspal-plastik-stabilitas-jalan-lebih-kuat-40-persen-