JAKARTA, KompasProperti - Pengembangan proyek properti berbasis transit oriented development (TOD) umumnya mengandalkan infrastruktur transportasi misalnya kereta komuter, kereta ringan (LRT), dan moda raya transportasi (MRT).
Di Indonesia, proyek TOD dibangun di tengah kota-kota besar, misalnya Jakarta yang memang kepadatan penduduknya tinggi.
Hal tersebut membuat harga tanah melambung akibat kebutuhan akan ruang untuk hunian dan komersial juga besar.
"Segmennya kredit non-subsidi dan subsidi, tapi mungkin jumlahnya lebih banyak Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) non subsidi," ujar Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN Maryono saat bincang-bincang media di Jakarta, Minggu (18/6/2017).
Maryono mengatakan, TOD yang saat ini tengah digodok pembangunannya adalah di Jakarta dan Bogor.
TOD diharapkan dapat memberi manfaat dari kehadiran infrastruktur transportasi publik selain pelayanan mobilitas itu sendiri.
Adapun dari jenis propertinya, karena tanah terbatas, maka lebih banyak dibangun secara vertikal seperti apartemen alih-alih rumah tapak untuk memberi manfaat yang lebih besar.
Maryono juga menyebut segmen propertinya tidak hanya menengah dan menengah ke atas, tetapi juga menengah ke bawah.
Meski memang dari sisi komposisi, jumlah unit yang diperuntukkan bagi menengah ke bawah lebih sedikit.
"Menengah ke bawah misalnya ada beberapa KPR subsidi, ini lagi dihitung. Selain itu ada ruko dan kios. Itu juga bisa untuk menengah bawah," jelas Maryono.
Sejauh ini, beberapa proyek TOD akan dibiayai BTN melalui kredit konstruksi yakni yang dikerjasamakan dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI).
Pada tahap pertama, Perum Perumnas akan membangun 5.000 unit apartemen di Stasiun Kereta Bogor, Pondok Cina, dan Tanjung Barat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.