Jakarta, KompasProperti - Setelah dipercaya untuk dipergunakan pada pembangunan gedung BPKP Provinsi Sulawesi Barat, BPKP Provinsi Gorontalo dan BPKP Provinsi NTB, dan terakhir pada renovasi gedung Pengadilan Negeri Kota Padang Sumatra Barat, konstruksi sarang laba-laba kembali digunakan pada renovasi gedung Rumah Sakit Al-Islam (RSAI) di Jalan Soekarno Hatta, Bandung, Jawa Barat.
Produk lokal dan paten milik PT Katama Suryabumi tersebut menggunakan konstruksi sarang Laba-laba untuk perluasan ruang rawat inap dan rawat jalan Gedung Ibnu Sina 2. Hal itu dipaparkan oleh Wakil Direktur RSAI Bandung, H. Dadang Rukanta, Senin (3/4/2017).
"Ini demi memberikan kenyamanan kepada pasien. Kami gunakan konstruksi sarang laba-laba ini karena tidak membutuhkan alat berat dan ramah lingkungan sehingga tidak mengganggu pasien," kata Dadang.
Peresmian gedung baru rumah sakit itu sudah dilakukan Kamis (23/3/2017) lalu oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan atau Aher. Gedung tersebut dibangun di lahan tiga hektar yang meliputi fasilitas ruang rawat inap VVIP sebanyak 28 tempat tidur, ruang rawat jalan terdiri dari enam poliklinik eksekutif, dan satu unit pelayanan kemoterapi terdiri dari delapan tempat tidur.
Dadang menjelaskan, dengan menerapkan konsep green hospital, rumah sakit yang bediri sejak 1990 itu memilki ruang terbuka hijau 30 persen. Rencananya pihak rumah sakit akan mengembangkan fasilitas lainnya, seperti gedung lima lantai untuk UGD, poliklinik, dan lainnya.
Dia menjelaskan, penggunaan konstruksi sarang laba-laba tersebut merupakan inisiatif Ketua 1 Yayasan Al-Islam, almarhum Ir Sandi A. Siregar, yang berkeinginan melakukan perluasan tanpa menganggu operasional rumah sakit. Dia melihat konstruksi sarang laba-laba akan mampu menunjang pembangunan baru rumah sakit berketinggian empat lantai itu.
"Dari segi biaya konstruksi ini termasuk dalam kelompok pondasi dangkal dan terbilang jauh lebih efisien dibandingkan menggunakan konstruksi lainnya. Konstruksi ini padat tenaga kerja di samping penggunaan bahan bangunannya tidak terlalu sulit, apalagi seluruhnya tersedia di Bandung," ujar Dadang.
Sementara itu, konsultan teknik pengembangan RSAI, Dede Herdi, mengaku sepakat bahwa pemilihan konstruksi laba-laba lebih berdasarkan pada hitungan efisensi. Pemakaian konstruksi ini ternyata lebih murah untuk mengerjakan pondasi dangkal.
"Kekuatan konstruksi ini juga tidak diragukan. Untuk bangunan empat sampai lima lantai termasuk daerah Bandung sangat dimungkinkan, kalau kondisi tanahnya labil harus diolah dulu sebelum konstruksi dipasang," kata Dede.
Dede juga mengatakan penggunaan konstruksi ini, selain lebih ramah lingkungan, juga tidak menimbulkan suara berisik karena tidak menggunakan alat berat.
"Pembangunannya bisa berjalan lebih cepat," kata Dede.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.