SERPONG, KOMPAS.com - Menteri Riset Teknologi Dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti), Mohamad Nasir berharap teknologi jaring laba-laba atau Jalla karya anak bangsa dapat segera berkontribusi dalam pembangunan infrastruktur jalan. Kualitasnya sudah teruji.
"Sudah teruji, kualitasnya tidak kalah dengan teknologi jalan lainnya sehingga seharusnya bisa diaplikasikan untuk pembangunan jalan di Indonesia," kata Menteri Nasir usai meresmikan Global Innovation Forum di Puspiptek Serpong Tangerang Selatan, Rabu (21/9/2016).
Menurut Nasir dalam membangun jalan bukan sekadar melihat harganya yang mahal, tetapi juga harus diperhatikan usia penggunaan dan kekuatannya. Melihat hasil uji teknisnya, lanjut dia, seharusnya teknologi ini sudah bisa segera diaplikasikan.
Nasir berharap Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dapat segera menggandeng teknologi Jalla untuk pembangunan jaringan jalan di tanah air. Apalagi, kata dia, beberapa BUMN karya sudah memproduksi masal konstruksi ini.
Adapun pemegang paten Jalla, PT Katama Suryabumi, telah berkerja sama dengan BUMN Karya untuk memproduksi beton pracetak untuk konstruksi ini sehingga memudahkan dalam pengaplikasian di lapangan. Katama bersama sejumlah perusahaan menggelar pameran dan klinik bisnis bertempat di Puspiptek Serpong dalam kegiatan Global Innovation Forum untuk memperkenalkan produk karya anak bangsa kepada masyarakat dan kalangan bisnis.
Kepala Pemasaran PT Katama Suryabumi Agus B. Sutopo mengatakan teknologi Jalla merupakan pengembangan Konstruksi Sarang Laba-Laba yang diperuntukan bagi jalan dan pergudangan. Sementara itu, Konstruksi Sarang Laba-Laba selama ini dikenal sebagai konstruksi ramah gempa yang banyak diaplikasi pada bangunan-bangunan di daerah gempa seperti Aceh dan Padang.
Pembangunan infrastruktur
Jalla termasuk dalam perkerasan beton yang diperkaku menggunakan sirip tipis dan buhul dari beton pracetak yang disusun tegak membentuk segitiga sama sisi. Di antara sirip tipis tersebut diisi dengan tanah pasir yang dipadatkan, barulah kemudian di atasnya dicor beton.
Saat ini Konstruksi Sarang Laba-laba sudah banyak digunakan untuk bangunan bertingkat seperti pergudangan, rumah sakit, hotel, perkantoran, tempat olah raga. Sedangkan teknologi Jalla diaplikasikan untuk perkerasan lapangan udara dan jalan dengan kondisi tanah gambut di Dumai, kondisi tanah lunak di Pontianak, serta tanah kembang susut di Bojonegoro.
Dengan kekuatannya tersebut Jalla cocok diaplikasikan untuk jalan arteri. Selain arena minim perawatan, teknologi ini juga cocok untuk pabrik, kilang minyak, pergudangan, dan lain sebagainya.
Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany mengatakan pihaknya telah berkerja sama dengan Puspiptek Serpong untuk mengaplikasikan seluruh karya inovasi anak bangsa ini untuk dapat diaplikaskan di wilayahnya, termasuk dalam pembangunan infrastruktur.
"Biasanya mereka yang melakukan uji terhadap teknologi yang akan dipergunakan sebelum kemudian diaplikasikan di tempat kami," kata Airin.
Konstruksi sarang laba-laba juga telah dipergunakan untuk pondasi beberapa gedung perkantoran di wilayah kota Tangerang Selatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.