Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

250.000 Ton Karet Per Tahun Diserap untuk Infrastruktur

Kompas.com - 08/03/2016, 01:30 WIB
Ridwan Aji Pitoko

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono menegaskan akan menggunakan hasil produksi karet alam dalam negeri sebagai bahan pembangunan infrastruktur seperti jalan, bendungan, pintu air, dan lainnya.

“Kalau untuk kebutuhan PUPR (penggunaan karet) tidak hanya untuk aspal jalan,” kata Basuki usai menghadiri Rapat Koordinasi membahas Peningkatan Karet Dalam Negeri di Kantor Kementerian PUPR, Jakarta, Senin (7/3/2016).

Dalam rapat koordinasi yang dihadiri Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Menteri Perindustrian Saleh Husin, dan Menteri Perdagangan Thomas Lembong itu Basuki juga mengatakan, karet untuk campuran aspal diperkirakan maksimal 15 persen.

“Kita ini sekarang masih pakai (karet) sekitar 10 persen tapi nanti bisa maksimum 15 persen dari total campuran,” tambahnya.

Setidaknya ada 1,6 juta ton yang dibutuhkan Kementerian PUPR tiap tahunnya dan apabila produksi karet dalam negeri siap maka pihaknya bisa menyerap sekitar 160.000 ton.

“160.000 ton karet alam yang diserap itu baru untuk jalan, belum kalau untuk pintu-pintu air untuk peredam gempa, bendungan-bendungan, tadi saya janjikan bisa menyerap sekitar 200.000-250.000 ton,” jelas Basuki.

Pemerintah, lanjut Basuki, akan melibatkan pihak swasta guna mengolah karet lateks menjadi crumb rubber atau karet remah yang pada akhirnya mampu menghidupkan Usaha Maju Kecil Menengah (UMKM).

Selaras dengan Basuki, Menteri Perindustrian Saleh Husin menyatakan, para menteri di berbagai kementerian akan saling berkoordinasi guna menyerap hasil karet dalam negeri sebanyak mungkin.

“Paling tidak komitmen untuk pembangunan aspal menggunakan karet itu sudah disepakati tetapi nanti aspal yang berkaret bukan karet yang beraspal,” katanya.

Oleh karena itu, lanjut Saleh, pemerintah akan menyediakan alat khusus dengan biaya investasi yang tidak terlalu besar untuk membuat karet alam bisa bercampur dengan aspal.

"Pada akhirnya semakin banyak serapan karet lokal maka diharapkan harga karet akan ikut meningkat," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com