Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kota yang Tidak Dikelola Baik Tumbuhkan Massa Destruktif

Kompas.com - 22/02/2016, 18:00 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Gaya hidup di desa dan kota berbeda berdasarkan tingkat anominitasnya. Artinya, penduduk di desa jauh lebih saling mengenal satu sama lain dibandingkan di kota.

Hal ini, menurut Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Filsafat Driyarkara Francisco Budi Hardiman, disebabkan aspek sosiologi.

Di kota pengenalan tidak mendalam tetapi melebar. Penduduknya memiliki banyak jaringan, tapi untuk mengenal lebih dalam agak sulit.

"Kecuali, kalau ada infrastruktur yang tepat dan memunginkan interaksi lebih mendalam," ujar Francisco saat diskusi panel dengan tema "Kota Tanpa Kekerasan", di Universitas Tarumanegara, Jakarta, Sabtu (20/2/2016).

Dia menjelaskan, ketika ada orang banyak yang dikumpulkan di suatu tempat dan berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, maka individu harus mengambil jarak tertentu. Seorang individu melakukan ini untuk menghindarkan perasaan terancam sesamanya.

Berdasarkan anominitas di kota yang tinggi, kata dia, wajar dalam perencanaan tata kota menyediakan ruang-ruang kelompok. Selain itu, dengan pembentukan kelompok-kelompok kecil, anominitas itu bisa dihindarkan.

Pasalnya, semakin besar dan cepat pertumbuhan kota, semakin tinggi juga tingkat anominitas di dalamnya.

Francisco juga menuturkan, dalam kehidupan penduduk di suatu wilayah baik itu desa atau kota, ada gaya hidup yang berbeda berdasarkan tujuannya. Hidup yang sebetulnya dituju adalah kehidupan yang layak atau disebut sebagai good life.

"Dalam good life, penduduk hidup dalam komunitas, saling mengenal, dan tidak keras satu sama lain," jelas Francisco.

Ia menambahkan, dalam good life, penduduk juga memiliki identitas bersama. Dalam hal ini, penduduk suatu wilayah bisa menyebut diri sebagai "kami", bukan lagi "saya" atau "kamu".

Selain itu, dalam good life juga ada keutamaan publik, di mana keadaban publik tumbuh di dalam kota itu. Berkebalikan dengan good life, lanjut Francisco, terdapat bare life. Istilah ini merujuk pada hidup belaka.

"Kalau bahasa canggihnya, darwinisme, siapa yang kuat dia yang menang. Artinya hidup telanjang, tidak ada keutamaan. Dengan sistem kompetisi, siapa yang kuat, dia bertahan," tutur Francisco.

Dalam proses perkembangan kota yang tidak dikelola baik, tambah dia, akan terjadi deformasi, desosialisasi dan deindividualisasi.

Hal ini bisa berujung menjadi sangat ekstrim, seperti massa yang mudah sekali digerakkan untuk kerusuhan, demonstrasi yang anarkis dan kerusakan lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bakal Hadiri Acara WWF, AHY: Air dan Tanah Tak Bisa Dipisahkan

Bakal Hadiri Acara WWF, AHY: Air dan Tanah Tak Bisa Dipisahkan

Berita
[POPULER PROPERTI] Plus Minus Tandon Air Atas dan Bawah

[POPULER PROPERTI] Plus Minus Tandon Air Atas dan Bawah

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Situbondo: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Situbondo: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Jombang: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Jombang: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Pulang Dinas dari AS, AHY Sayangkan Investor Kabur karena Masalah Tanah

Pulang Dinas dari AS, AHY Sayangkan Investor Kabur karena Masalah Tanah

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Sampang: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Sampang: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Trenggalek: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Trenggalek: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Sumenep: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Sumenep: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bondowoso: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bondowoso: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Kediri: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Kediri: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Tulungagung: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Tulungagung: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Gresik: Pilihan Hunian Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Gresik: Pilihan Hunian Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Kediri: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Kediri: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Probolinggo: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Probolinggo: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Seram Bagian Timur: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Seram Bagian Timur: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com