KOMPAS.com - Gempa bumi pada April dan Mei tahun 2015 diklaim telah merenggut 9.000 nyawa dan meninggalkan petak-petak reruntuhan di Nepal.
Mereka yang selamat menjadi khawatir jika harus menggunakan kembali puing-puing batu bata tersebut.
Kekhawatiran mereka adalah struktur bangunan akan berakhir sama setelah terkena gempa. Untuk itu, arsitek Jepang Shigeru Ban berupaya merancang arsitektur baru sebagai solusi.
"Setiap bencana pasti berbeda, jadi saya harus pergi ke sana untuk mengetahui masalah tertentu untuk memecahkannya," kata Ban, yang pernah membangun penampungan darurat dari kertas di Haiti setelah gempa pada 2010 dan Filipina dua tahun lalu.
Prototipe untuk proyek perumahan sosial terbaru di Nepal ini, terdiri dari gabungan kusen pintu kayu standar yang diperkuat dengan kayu lapis.
Untuk kerangkanya, diisi dengan puing-puing batu bata, sementara atap ditutupi selembar plastik dan jerami untuk isolasi.
Struktur yang dihasilkan cukup kuat untuk memenuhi standar gempa Jepang, katanya dalam sebuah wawancara di Tokyo.
"Saya berharap orang akan menyalin desain ini. Jika kita membuat 20 unit, beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM) lainnya mungkin bisa lebih. Saya mendorong orang untuk menyalin ide-ide ini karena tidak ada hak cipta," kata Ban.
Jika LSM dan masyarakat terlibat dalam pembangunan, lanjut Ban, dalam hal pemeliharaan, mereka akan tahu bagaimana melakukannya sendiri.
Ban yang pada tahun 2014 memenangi Pritzker Prize yaitu penghargaan arsitektur bergengsi, juga telah membangun tempat penampungan untuk pengungsi Rwanda pada 1994, pengungsi tsunami Sri Lanka 2004, dan korban tsunami di Jepang.
Kolega Ban yang juga memenangi Pritzker, yaitu Thom Mayne dan Frank Gehry, bekerjasama dengan Ban dan menggandeng aktor Brad Pitt sebagai pemilik Yayasan Make It Right, sebuah kelompok nirlaba didirikan pada tahun 2007 untuk membantu membangun kembali New Orleans setelah Badai Katrina.
Karya Ban telah mendorong lembaga bantuan untuk menghadapi tantangan yang berbeda. Hal tersebut dikatakan oleh arsitek Brett Moore, yang sering membangun tempat penampungan, infrastruktur dan rekonstruksi untuk organisasi non-profit World Vision International.
"Pendekatan Ban untuk pekerjaan kemanusiaan meminta komunitas untuk berpikir di luar kebiasaan. Hal ini untuk menolak anggapan umum dan untuk bekerja dengan kreativitas," kata Moore.