Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Shigeru Ban, Arsitek Jepang Spesialis Bangunan Bebas Gempa

Kompas.com - 03/02/2016, 20:30 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

Sumber Star2.com

KOMPAS.com - Gempa bumi pada April dan Mei tahun 2015 diklaim telah merenggut 9.000 nyawa dan meninggalkan petak-petak reruntuhan di Nepal.

Mereka yang selamat menjadi khawatir jika harus menggunakan kembali puing-puing batu bata tersebut.

Kekhawatiran mereka adalah struktur bangunan akan berakhir sama setelah terkena gempa. Untuk itu, arsitek Jepang Shigeru Ban berupaya merancang arsitektur baru sebagai solusi.

"Setiap bencana pasti berbeda, jadi saya harus pergi ke sana untuk mengetahui masalah tertentu untuk memecahkannya," kata Ban, yang pernah membangun penampungan darurat dari kertas di Haiti setelah gempa pada 2010 dan Filipina dua tahun lalu.

Prototipe untuk proyek perumahan sosial terbaru di Nepal ini, terdiri dari gabungan kusen pintu kayu standar yang diperkuat dengan kayu lapis.

Untuk kerangkanya, diisi dengan puing-puing batu bata, sementara atap ditutupi selembar plastik dan jerami untuk isolasi.

Struktur yang dihasilkan cukup kuat untuk memenuhi standar gempa Jepang, katanya dalam sebuah wawancara di Tokyo.

"Saya berharap orang akan menyalin desain ini. Jika kita membuat 20 unit, beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM) lainnya mungkin bisa lebih. Saya mendorong orang untuk menyalin ide-ide ini karena tidak ada hak cipta," kata Ban.

Jika LSM dan masyarakat terlibat dalam pembangunan, lanjut Ban, dalam hal pemeliharaan, mereka akan tahu bagaimana melakukannya sendiri.

Ban yang pada tahun 2014 memenangi Pritzker Prize yaitu penghargaan arsitektur bergengsi, juga telah membangun tempat penampungan untuk pengungsi Rwanda pada 1994, pengungsi tsunami Sri Lanka 2004, dan korban tsunami di Jepang.

Kolega Ban yang juga memenangi Pritzker, yaitu Thom Mayne dan Frank Gehry, bekerjasama dengan Ban dan menggandeng aktor Brad Pitt sebagai pemilik Yayasan Make It Right, sebuah kelompok nirlaba didirikan pada tahun 2007 untuk membantu membangun kembali New Orleans setelah Badai Katrina.

Karya Ban telah mendorong lembaga bantuan untuk menghadapi tantangan yang berbeda. Hal tersebut dikatakan oleh arsitek Brett Moore, yang sering membangun tempat penampungan, infrastruktur dan rekonstruksi untuk organisasi non-profit World Vision International.

"Pendekatan Ban untuk pekerjaan kemanusiaan meminta komunitas untuk berpikir di luar kebiasaan. Hal ini untuk menolak anggapan umum dan untuk bekerja dengan kreativitas," kata Moore.


Menggunakan bahan bangunan daur ulang

Penekanannya pada bahan yang digunakan kembali, sesuai dengan tren yang lebih luas. Hal tersebut merupakan tujuan membangun kembali struktur berkelanjutan setelah bencana.

Moore mengatakan, ada lebih banyak perhatian sekarang dibandingkan sebelumya terhadap penggunaan material kembali dan daur ulang.

"Ini adalah sesuatu yang penting bagi kita sebagai lembaga kemanusiaan," kata Sandra D'Urzo, yang bekerja di tempat penampungan dan permukiman untuk Federasi Palang Merah Internasoinal di Jenewa.

Setelah gempa melanda Nepal, Ban mengatakan siswa Nepal di Tokyo dan teman-temannya di seluruh dunia bergegas untuk mengumpulkan dana proyek.

Andreas Jung Bangunan permanen pertama Shigeru Ban dibuat dari kertas. Setelahnya, struktur dilapisi kembali dengan menggunakan aluminium dan kaca.
Kelompok etnis Madhesi sempat memblokir truk dari India. Blokade telah menyebabkan kekurangan akut atas bahan bakar dan obat-obatan pada tahun 1994, korban Sri Lanka tsunami 2004, dan korban bencana besar di Jepang.

Ban kemudian beradaptasi dengan kondisi lokal ketika membangun penampungan untuk korban bencana, dan dalam hal ini ia harus menyesuaikan dengan prototipe aslinya.

Saat gempa di Christchurch, Selandia Baru, Ban membangun rangka atap dengan tabung karton.

Namun, karena di Nepal ia kekurangan bahan bakar, Ban memutuskan untuk membuat gulungan dari kayu, sampai pabrik bekerja dan kardus dapat diperoleh lagi.

Shigeru Ban Architects Shigeru Ban tidak hanya bekerja bersama arsitek muda, namun juga dengan penduduk setempat.
Tujuan awal Ban membangun 30 rumah di Phatakshila di distrik Sindhupalchok, Nepal tengah telah bergerak maju sedikit demi sedikit.

Bila memungkinkan, ia menggunakan bahan lokal yang tersedia, dan lebih memilih sumber daya terbarukan seperti kayu dan kertas untuk beton dan baja.

"Kekuatan bangunan itu sendiri tidak ada hubungannya dengan kekuatan material. Bahkan bangunan beton dapat dihancurkan oleh gempa bumi yang sangat mudah, tapi bangunan yang terbuat dari kertas kadang-kadang tidak dapat dihancurkan oleh gempa," pungkas Ban.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com