JAKARTA, KOMPAS.com - Menyongsong era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan dimulai 1 Januari 2016, para pelaku industri properti Indonesia diharapkan telah siap menghadapi kompetisi yang semakin terbuka.
Dengan populasi lebih dari 600 juta orang, ASEAN atau Asia Tenggara akan menjadi pasar bebas dan menawarkan peluang sekaligus tantangan besar.
Hal ini akan dirasakan oleh pelaku industri properti yang berhadapan langsung dengan para pemain dari negara lain.
Meski tantangannya besar, namun pasar properti di kawasan Asia Tenggara diyakini akan semakin membaik.
CEO PropertyGuru Group Steve Melhuish menilai, di tengah persaingan terbuka, Indonesa tetap memiliki potensi unggulan. Salah satunya adalah populasi usia muda 20 tahunan yang sangat besar.
"Mereka baru pertama kali bekerja (first jobber), dan dalam waktu dekat akan menjadi bagian dari kelas menengah yang turut menggerakkan industri properti Indonesia," ujar Steve, saat acara Professional Property Agent Summit 2015, di Grand Indonesia, Jakarta, Kamis (10/12/2015).
Di masa depan, kata Steve, mereka akan membuat para pelaku industri, seperti pengembang dan agen, sibuk karena kebutuhan properti yang semakin tinggi.
Kelas menengah saja saat ini sudah berjumlah 45.662.000 jiwa. Angka ini bahkan diprediksi akan melesat hingga menembus 80.274.000 jiwa pada 2020.
Sementara itu, separuh dari sekitar 250 juta penduduk Indonesia tinggal di perkotaan. Pada tahun 2020, diperkirakan 68 persen dari populasi akan tinggal di kota dan jumlahnya meroket 82 persen pada 2045.
"Tren inilah yang akan menggerakkan roda industri properti untuk menjawab kebutuhan tempat tinggal di kota-kota besar ASEAN, termasuk Jakarta, Surabaya, Medan dan Makasar," sebut Steve.
Di saat yang sama, lanjut dia, ledakan angka penggunaan ponsel pintar (smartphone) di Indonesia dalam beberapa tahun ke depan juga akan membuat industri properti semakin menarik.
Tantangan agen
Pasalnya, konsumen akan mengharapkan berbagai inovasi dan kemudahan dari para pelaku industri, termasukpengembang, agen maupun situs properti.
Dengan dukungan teknologi, perilaku konsumen terus berevolusi. Jumlah pengakses informasi properti melalui mobile website dan aplikasi mobile pun melampaui pengakses lewat desktop.
Konsumen mengharapkan pilihan properti yang beragam dan informasi pembanding yang semakin kaya.