JAKARTA, KOMPAS.com - Memasuki satu tahun perjalanan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), banyak tantangan harus dilalui kementerian yang bergerak di sektor konstruksi dan infrastruktur ini.
Salah satu yang menjadi perhatian Menteri PUPR Basuki Hadimuljono adalah perbandingan kerja antara kontraktor asal Indonesia dan asing. Basuki menginginkan, kontraktor Indonesia bisa mencontoh kontraktor asing supaya lebih profesional dan rapi.
"Kalau kita lihat pekerjaan mass rapid transit (MRT), itu kerjanya rapi. Bandingkan dengan kerja jembatan layang (fly over ) yang dikerjakan kontraktor kita, berantakan sekali," ujar Basuki saat pemaparan kinerja setahun Kementerian PUPR, di Jakarta, Selasa (13/10/2015).
Basuki memuji pengerjaan MRT yang dikomandoi oleh konsorsium atau gabungan perusahaan dari Jepang dan Indonesia, yakni PT MRT Jakarta. Ia bahkan pernah menemukan, pekerja MRT mengelap pagar agar terlihat bersih.
Sementara itu, pengerjaan jembatan layang di Kuningan tidak serapi MRT. Pengerjaan jembatang layang ini dilakukan oleh PT Nindya Karya, yang notabene adalah badan usaha milik negara (BUMN).
Jembatan layang di Kuningan, menurut Basuki, banyak dipakai untuk orang berjalan di bawahnya. Padahal di atas jembatan layang itu sendiri berantakan.
"Kontraktor Indonesia sangat tidak perduli untuk hal-hal kecil begitu. Padahal ada Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk keamanannya. Nanti saya coba ingatkan untuk seperti MRT," kata Basuki.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.