KOMPAS.com - Ketika perluasan Terusan Suez diresmikan pada 6 Agustus kemarin, dunia mengagumi usaha pembangunan yang datang dari Mesir ini. Proyek yang awalnya dijadwalkan selesai dalam tiga tahun, tetapi kenyataannya sudah rampung dalam satu tahun.
Tiga perempat dari kapal keruk di dunia dan 41.000 pekerja, beroperasi tak kenal waktu, memindahkan setengah triliun meter kubik bumi pada bulan Juni lalu, atau setara dengan 200 piramida besar. Kanal ini diprediksi akan meningkatkan 13 miliar dollar (Rp 191 triliun) setiap tahun pada 2023.
Selain perluasan Terusan Suez ini, ada pula proyek-proyek pembangunan besar di seluruh Afrika. Sebuah laporan dari Deloitte memproyeksikan bahwa pada 2014, nilai proyek konstruksi utama di Benua Hitam itu mencapai lebih dari 326 miliar dollar (Rp 4.792 triliun). Angka ini membengkak 46 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Meliputi energi listrik, transportasi, pertambangan, air, minyak dan gas, properti, perawatan kesehatan, manufaktur dan teknologi, media dan telekomunikasi, gigaproyek ini menelan dana rerata 1,27 miliar dollar AS, naik dari sebelumnya 689 juta dollar (Rp 10,1 triliun). Semua pendorong utama di balik ekonomi Afrika diproyeksikan tumbuh 5,7 persen pada tahun 2015.
"Energi masih akan menjadi pemain besar, tapi kami akan mulai melihat transportasi dan keterkaitan yang lebih banyak," kata Jean-Pierre Labuschagne, Associate Director of Public-Private Partnerships Deloitte Afrika Selatan.
Berikut adalah beberapa megaproyek di Afrika yang tengah berjalan.
1. Menara Al Noor di Maroko
Masih dalam permulaan pembangunan, menara ini akan menjadi bangunan tertinggi di Afrika. Proyek senilai 1 miliar dollar AS (Rp 14,7 triliun) ini dibiayai oleh Middle East Development LLC dan didesain arsitek Perancis Valode Pistre. Rencananya, gedung ini akan dibuat 114 lantai untuk kantor, apartemen, hotel bintang tujuh, galeri seni, dan pusat berbelanja.