"Saat program ini dicanangkan, konsep kami justeru sudah matang secara operasional. Bahkan, beberapa pengembenag sebetulnya sudah melakukannya," ujar Ketua Umum DPD REI Banten Soelaeman Soemawinata kepada KOMPAS.com, Senin (13/7/2015) malam.
Soelaeman mengatakan, ada empat unit atau kelompok kerja sebagai strategi taktis melaksanakan program tersebut. Pertama, pokja suplai. Isinya adalah para pengembang yang siap membangun.
"Target kami membangun 5.000 unit, yaitu 1.000 untuk rusunami dan 4.000 landed house. Pokja ini lalu keliling mencari pengembang yang siap mewujudkan target itu. Ternyata, beberapa pengembang sudah berkomitmen, ada yang puluhan atau ratusan hakter untuk membangun hunian," ujar Soelaeman.
Hal membanggakan, lanjut dia, di luar target khusus tersebut, beberapa pengembang malah sudah siap membangun 4.700 unit. Para pengembang itu sudah lebih dulu menyiapkan pasokan sebelum program Sejuta Rumah diluncurkan.
"Ada 25 pengembang. Kalau ditotal sebetulnya DPD REI Banten itu bakal merealisasikan 9.700 unit, bukan cuma 5.000," kata Soelaeman.
Kedua, adalah pokja "demand". Pokja inilah yang tugasnya mencari pasar (market). Menurut Soelaeman, sejatinya untuk program Sejuta Rumah, bukan pengembang yang mencari atau membuka pasar, tapi REI yang harus melakukannya.
"Konteksnya lebih menyediakan rumah, bukan menjual rumah. Pengembang yang suplai, kami di REI yang cari pasarnya. Dari stasiun kereta, instansi pemerintah, hingga kawasan industri kami mapping," tuturnya.
Berdasarkan penelusuran REI Banten, ternyata banyak juga pegawai negeri sipil (PNS) atau pegawai pemerintah lainnya mengetahui program Sejuta Rumah. Tak heran, mereka pun tidak mengerti mekanisme pembelian rumah murah tersebut.
"Di luar itu, kami temukan di Ciujung dan Balaraja, ada puluhan ribu karyawan atau buruh industri. Mereka itu kan pasar, dan rata-rata mereka belum tahu skema rumah subsidi ini. Itu tugas kami ke lapangan," ujarnya.
Sementara itu, yang ketiga adalah pokja perizinan. Soelaeman mengatakan, pihaknya melibatkan BPN masuk ke dalam pokja. Jika selama ini pengembang teriak soal lahan dan perizinan di daerah sulit dan berbelit, lewat pokja ini diharapkan tidak terdengar lagi "teriakan" itu.
"Mereka (BPN) sengaja kami libatkan dalam pokja. MoU-nya sudah dibuat dan disahkan. Jadi, posisinya sekarang ini di dalam pokja adalah kerja bareng, lagi berhadap-hadap antara pengembang dan regulasi," ujarnya.
Adapun keempat adalah pokja pendanaan. Di pokja inilah REI Banten selain melibatkan Bapertarum, juga menghadirkan perbankan sebagai anggota pokja.
"Karena hubungannya itu nanti dengan KPR, kredit konstruksi dan lain-lain. Intinya, semua kami bikin terlibat dan kerja bareng, jadi kelihatan kalau program Sejuta Rumah ini bukan cuma ramai di permukaan saja," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.