"WIKA sudah membuka cabang di Saudi Arabia, karena dalam persyaratan untuk mengikuti tender di sana harus bangun kantor cabang. Sekarang sudah ada persetujuan dari Badan Koordinasi penanaman modal (BKPM)-nya di sana," ujar Direktur Operasi Destiawan Soemardjono usai Rapat Usaha Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun Buku 2014, di Gedung WIKA, Jakarta, Rabu (22/4/2015).
Saat ini, lanjut Destiawan, WIKA tengah menunggu proses izin usaha yang diharapkan sudah didapatkan dalam kurun waktu 3-4 bulan dari sekarang. Bersamaan dengan pembangunan kantor cabang tersebut, WIKA pun sedang dalam proses negosiasi proyek di sekitar kawasan Masjidil Haram, Mekkah. Sasarannya adalah proyek-proyek hotel, dan diharapkan bisa dimulai pada akhir tahun.
"Akhir tahun ini persiapannya adalah produk WIKA, tapi fisiknya untuk pelaksanaan konstruksinya tahun depan," kata Destiawan.
Dalam membangun fasilitas akomodasi bertajuk Anjum Hotel ini, WIKA mengandalkan produk brickcase. Maksudnya, struktur dibuat dalam bentuk seperti lego, supaya pemasangan lebih cepat. Proses desain, diskusi metode kerja, dan lokasi pabrik juga tengah didiskusikan.
Nilai investasi WIKA di Arab Saudi tersebut adalah 50 juta dollar AS atau setara Rp 645 miliar untuk tahap awal. "Nilai total 500 juta dollar AS (Rp 6,4 triliun). Mereka mau bangun tujuh tower. Targetnya selesai 3-4 tahun, karena kebutuhan hotel di Mekkah kan tinggi sekali," kata Destiawan.
Kawasan di sekitar Masjidil Haram sendiri sudah sesak oleh beberapa menara hotel dan apartemen. Hotel Anjum yang akan dikembangkan WIKA saja terdiri dari 1.743 kamar dan suites.
Selain ekspansi ke Arab Saudi, WIKA juga menjajaki empat negara lainnya yaitu, Myanmar, Malaysia, Timor Leste, dan Aljazair. Destiawan mengaku, proyek-proyek di kelima negara ini cukup menyita perhatian karena masalah keterjangkauan. Untuk itu, WIKA terus mempersiapkan lima tim yang terdiri dari para teknisi, ahli, dan pelaksana dengan kemampuan mumpuni.
Terkait nilai kontrak, menurut dia, yang terbesar adalah di Myanmar. Di negara ini, WIKA membenamkan investasi sebesar 150 juta dollar AS (Rp 1,9 triliun) yang masih bisa berkembang sampai 200 juta dollar AS (Rp 2,5 triliun).
Di Timor Leste, WIKA mengembangkan bandara senilai 90 juta dollar AS (Rp 1,16 triliun). Perusahaan pelat merah ini juga melaksanakan rehabilitasi jalan senilai 7 juta dollar AS (Rp 90,3 miliar). Selain itu, mereka sedang dalam proses kontrak aksesoris jembatan Comoro tahap lanjutan senilai 5 juta dollar AS (Rp 64,5 miliar). Ada pula proyek 3-4 jembatan yang dalam proses desain, senilai kira-kira 30-40 juta dollar AS (Rp 387 miliar-Rp 516 miliar).
Sementara di Malaysia, WIKA tengah mengikuti proses tender yang diwakili partner lokal. Destiawan mengatakan, pada tahap ini, pihaknya sedang mengikuti proses negosiasi ulang apartemen 9 menara.
Tidak hanya itu, Destiawan menyebutkan, terdapat peluang ekspansi di Filipina karena lokasinya tidak jauh. Menurut dia, ke Filipina bisa diakses dari Kuching, Malaysia. Di Filipina, mereka akan menggandeng anak perusahaannya WIKA Beton.
"Yang ada ini kami kerjakan dengan baik-baik karena risiko besar. Kami cukup hati-hati mengambil proyek-proyek. Peluang infrastruktur di lima negara ini cukup besar. Kami pilih yang cukup bisa menghasilkan profit," jelas Destiawan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.