Sedianya, negara ini, melalui Kementerian Olahraga, akan membangun 63 hotel. Namun, karena kondisi ekonomi terus memburuk, kementerian pun menganulir 25 hotel.
Dengan pengurangan jumlah hotel tersebut, anggaran investasi yang dapat dihemat cukup signifikan, yakni senilai Rp 6,4 triliun, menjadi 39,5 miliar rubel atau setara Rp 9,1 triliun. Sebelumnya, dana yang dialokasikan mencapai Rp 15,5 triliun.
Pengumuman rencana pengurangan jumlah hotel tersebut dicantumkan dalam situs resmi Kementerian Olahraga Rusia. Masyarakat berpeluang untuk menyampaikan penolakan atau dukungan hingga dua pekan ke depan, sebelum pemerintah pusat memutuskannya menjadi sebuah produk hukum dan ditandatangani Perdana Menteri Dmitry Medvedev.Ada pun untuk membangun 38 hotel sisanya, pemerintah memilih menggandeng swasta ketimbang menggunakan anggaran pusat atau daerah. Seorang juru bicara Badan Pariwisata Federal mengatakan, perubahan rencana tersebut merupakan respon darurat untuk menanggapi masalah ekonomi Rusia. "Ketika investor mengumumkan fasilitas ini, situasi ekonomi sama sekali berbeda," kata juru bicara tersebut kepada Kommersant.Dia menambahkan, Rusia sedang berada di bawah tekanan akibat sanksi Barat, dan anjloknya harga minyak. Sehingga perekonomian mengalami kontraksi hingga 5 persen tahun ini.
Pada kesempatan berbeda, Menteri Olahraga Vitaly Mutko menjelaskan, Rusian memilih tidak membangun hotel karena tidak ada kebutuhan atau permintaan. Pemangkasan jumlah hotel ini, kata Vitaly yang mengutip ahli perhotelan, justru menguntungkan pemerintah daerah.