Kali ini, negeri Tirai Bambu tersebut bersekutu dengan Pakistan mengembangkan proyek raksasa bertajuk Koridor Ekonomi Tiongkok-Pakistan. Tak tanggung-tanggung, nilai proyek yang disepakati sebesar 45 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 567,5 triliun.
Koridor ekonomi ini mencakup pembangunan proyek energi, infrastruktur jalan besar, dan jalur kereta api yang menghubungkan pelabuhan Gwadar di barat daya Pakistan menuju Kashgar di provinsi Xinjiang, sebelah barat Tiongkok. Panjang infrastruktur ini serentang 2.500 kilometer.
Koridor ekonomi Tiongkok-Pakistan didasarkan pada delapan nota kesepahaman yang ditandatangani November 2014, dan dijadwalkan rampung dalam enam tahun.
"Koridor ini memiliki potensi yang sangat besar. Jika barang dipasok dari Gwadar melalui Xinjiang ke pelabuhan Shanghai, jaraknya lebih singkat sepertiganya," kata Ketua Pakistan-China Institute, Mushahid Hussain.
Selain itu, lanjut Hussain, pembangunan infrastruktur jalan dan kereta api, dapat mengubah ekonomi dan nasib masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Kehidupan mereka selama ini demikian terbelakang, padahal kaya sumber daya alam, lokasinya strategis karena berada di sebelah kanan laut Arab.
Namun, realisasi pembangunan infrastruktur tersebut tampaknya akan menghadapi banyak hambatan. Pasalnya, jalur Gwadar-Xinjiang harus melewati Balochistan yang hancur akibat pemberontakan. India juga telah menyuarakan keberatan itu, karena jalur tersebut akan melalui wilayah yang disengketakan.
"Selain aspek politis, kondisi geografis juga sangat menantang. Kendalanya ada dua, pertama adalah cuaca yang ekstrim di utara Pakistan dan kedua adalah medan yang berat," ujar mantan penasihat ekonomi senior pada Sustainable Development Policy Institute, Syed Nazare Hyder.