Properti yang disiapkan Agung Podomoro tersebut terdiri atas lebih dari 10 blok seluas 160 hektar dan akan mencakup perumahan, perkantoran, mal, dan ruko lebih dari 10 blok. Pada tahap pertama, mereka menyiapkan dana investasi sebesar Rp 10 triliun untuk membangun rumah tapak. Harga per unitnya, akan dipatok Rp 4 miliar.
Iniasiasi pengembangan properti di atas lahan reklamasi, terpicu terbatasnya ketersediaan tanah di kota-kota besar. Menurut Marketing Director Pluit City, Matius Jusuf, reklamasi terpaksa dilakukan karena wilayah Indonesia didominasi oleh lautan.
"Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri atas 75 persen air dan 25 persen daratan. Bagaimana kita bisa memanfaatkan 75 persen ini?" ujar Matius, Kamis (4/12/2014).
Matius mengatakan, Jakarta adalah pusat bisnis sekaligus pemerintahan yang terus mengalami pertumbuhan. Hampir setiap jengkal tanah di Jakarta berubah jadi bangunan perumahan maupun perkantoran. Saat ini, pengembang banyak berebut lahan di Jakarta Selatan, padahal daerah tersebut bukan diperuntukkan bagi pembangunan.
"Jakarta Selatan itu sebenarnya jadi daerah resapan air. Sekarang banyak pembangunan, debit air jadi semakin menyusut. Satu-satunya jalan adalah bangun di Jakarta Utara," kata Matius.
Matius menjelaskan, dari segi ekonomis, wilayah utara merupakan wilayah kedua setelah selatan yang diburu pengembang. Baru setelah itu, wilayah barat dan timur.