KOMPAS.com - Sulit membayangkan tempat yang lebih buruk untuk tinggal daripada di el-Arafa. Membentang bermil-mil di tepi Kairo, "the City of the Dead" atau Kota Mati, adalah sebuah pemakaman kuno yang berubah menjadi lingkungan tempat tinggal. Kota ini ditempati oleh setengah juta penduduk Mesir.
Sejak abad ke-17, jenis makam di el-Arafa bukanlah pemakaman dengan peti meti. Makamnya sendiri hanyalah "sisipan" di sebuah ruangan yang terlihat seperti rumah, lengkap dengan taman di dalamnya. Komunitas yang tinggal di sana kini menerima aliran listrik, air, bahkan puskesmas, dan kantor pos.
Saat berkunjung ke el-Arafa, fotografer Tamara Abdul Hadi, menangkap gambar kompleks pemakaman tersebut. Dia juga mendokumentasikan gambar kehidupan dengan latar tidak biasa, yaitu penduduk kota dari yang muda hingga tua.
Para penduduk itu beraktifitas seperti yang dilakukan penduduk di kota kebanyakan. Anak-anak tengah bermain, sementara terlihat pula wanita lansia yang posturnya menunjukkan betapa beratnya hidup di el-Arafa.
Banyak penduduk menyadari, bahwa diri mereka, bagaimanapun juga, beruntung dapat hidup di Kairo. Dengan kurangnya jumlah rumah yang memadai akibat populasi terus membengkak, kota itu memberi alternatif bagi penduduk yang berpenghasilan rendah untuk tinggal di el-Arafa.
Ihwal keseimbangan kota, yaitu pencahayaan, ruang, dan lapangan, bahkan perumahan menengah di Kairo, mengalami penurunan drastis, apalagi untuk daerah kumuh, contohnya el-Arafa.
Tentu saja, berbagi tempat dengan mayat, bukanlah proporsi sederhana. Ketika beberapa penduduk el-Arafa mengaku bersyukur tinggal berdekatan dengan nenek moyang mereka, sebagai refleksi dari penghormatan warga Mesir terhadap orang-orang yang telah wafat, beberapa penduduk lainnya merasa mereka diperlakukan seperti "sampah" oleh orang-orang di luar el-Arafa.
"Mantan tunangan kakak saya, memutuskan hubungan mereka setelah mereka tahu di mana kami tinggal," kata Khaloud (20), mahasiswa jurusan bisnis, seperti dikutip dari Ahram Online.
Faktanya, kesulitan tersebut tak berhenti sampai di sana. Lingkungan el-Arafa juga sangat tidak aman. Angka kriminal terus meningkat. Pada konteks ini, wajar saja jika kriminal merebak, karena jendela-jendela rumah di el-Arafa hanya ditutupi oleh pakaian penduduk.
"Saya tidak takut akan kematian, saya justru takut akan kehidupan," kata Fatma, ibu dari tiga anak yang tinggal pada salah satu komplek makam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.