JAKARTA, KOMPAS.com - Pada awal abad ke-20, planet bumi mulai mengalami perubahan iklim. Perubahan ini terjadi karena penduduk dunia semakin bertambah. Seiring bertambahnya penduduk, tempat tinggal pun meningkat jumlahnya.
Celakanya, menurut Ketua Green Building Council Indonesia (GBCI) Siti Adiningsih Adiwoso, bangunan yang didirikan, merusak lingkungan sekitar. Kerusakan lingkungan inilah yang membuat iklim dunia berubah.
"Kita harus siap menghadapi itu semua, karena perubahan iklim. Kita harus mulai mengukur apa yang kita gunakan untuk melindungi lingkungan. Green Building adalah solusinya," ujar Siti yang kerap disapa Naning saat seminar Hari Bangunan Indonesia, di Hotel Mulia, Jakarta Selatan, Kamis (30/10/2014).
Naning menuturkan, selain ramah lingkungan, green building atau bangunan hijau dapat memberikan keuntungan ekonomi. Membangun bangunan yang ramah lingkungan bisa memberikan nilai ekonomi lebih terhadap gedung tersebut.
Dia menambahkan, kebanyakan orang berpikir, masalah yang mengintai pada waktu mendatang adalah kurangnya air. Tetapi sebenarnya, persoalan panas lebih mengancam. Kita harus kendalikan panas, melalui pembangunan yang ramah lingkungan.
Cara mengendalikan panas, menurut Naning, adalah dengan menerapkan desain pasif pada gedung. Desain pasif merupakan desain yang memanfaatkan alam sekitar untuk mencapai kenyamanan di dalam gedung. Contohnya, menambah ventilasi dan jendela pada gedung untuk melancarkan sirkulasi udara serta menambah pasokan cahaya ke dalam ruangan saat siang hari.
"Melalui passive design, berarti ada pengurangan penggunaan energi, serta menciptakan kualitas udara yang lebih baik," jelas Naning.
Pola pikir masyarakat tentang green building, kata dia, seringkali kurang tepat. Karena, kebanyakan orang menganggap, pembangunan gedung hijau berarti sama saja dengan membangun taman di sekitar gedung dan mengecat gedung dengan warna hijau.
Pola pikir ini perlu diluruskan, karena banyak cara untuk menerapkan bangunan hijau yang ramah lingkungan, misalnya dengan pemilihan bahan bangunan rendah emisi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.