Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusun Benhil 2, Cerita Kemewahan di Balik Kekumuhan...

Kompas.com - 06/10/2014, 10:12 WIB
Ridwan Aji Pitoko

Penulis

KOMPAS.com - Kotor, jorok, dan bau. Itulah sekilas pemandangan yang ada di Rumah Susun (Rusun) Benhil 2 di Pejompongan, Jakarta Pusat.

Bau sampah tercium di mana-mana, mulai dari halaman depan hingga bagian dalam rusun. Meski dihuni banyak orang, Rusun Benhil 2 itu tak ubahnya seperti tempat pembuangan sampah dengan bangunan di sekitarnya.

Rusun tersebut sudah berdiri sejak 1994. Sejak itu pula belum pernah dilakukan renovasi pada rusun itu. Jadi, memasuki usianya ke-20 tahun, wajah rusun itu tidak ada yang berubah.

Dilihat dari depan, rusun berlantai sembilan tersebut memang berdiri dengan kokoh laiknya sebuah apartemen. Namun begitu, dominasi cat merah muda pada bangunan itu lambat laun terkikis cuaca dan kehilangan warna aslinya.

"Dari dulu ya begini-begini saja, enggak ada renovasi dari Dinas Perumahan," ujar Akim (64), salah satu warga Rusun Benhil 2 kepada Kompas.com, Sabtu (6/10/2014) siang.

Tak hanya itu. Di halaman depan rusun juga terparkir banyak mobil dengan berbagai merk, mulai Honda, Hyundai, Nissan, Toyota, hingga BMW. Memasuki bagian dalamnya, pemandangan hampir sama dengan halaman depan kembali terhampar. Bedanya, selain mobil, ada pula motor-motor terparkir beriringan dengan mobil.

"Mobil ini sih memang punya penghuni rusun, tapi juga ada mobil tamu. Hasil duit parkir ini nanti kita setor ke pengurus rusun atau RW, baru nanti kita digaji dari situ," kata Akim, yang juga berprofesi sebagai tukang jaga parkir di komplek rusun itu.

Oper pemilik

Memasuki bagian belakang rusun, pemandangan utama dari rusun ini adalah tempat parkir motor khusus penghuni dan pengunjung. Tepat di depannya berdiri gubug-gubug kecil yang difungsikan sebagai warung dan tempat tinggal.

Kondisi bangunan tersebut cukup riskan karena berdampingan dengan rel kereta. Jadi, ketika kereta lewat, sebagian besar gubug itu bergoyang seperti terkena efek gempa bumi.

Ada juga sebuah lapangan kecil tempat bermain anak-anak ketika sore hari di belakang rusun. Beberapa pohon yang tumbuh di sana membuat keadaan lapangan teduh dan sejuk. Tak heran, banyak penghuni selain anak-anak yang berkumpul di sana untuk sekadar mengobrol dengan penghuni rusun lainnya.

Ketua RW 08 Rusun Benhil 2, Panut Parto Atmojo (50), juga tak menampik jika mobil yang diparkir di halaman depan rusun adalah milik para penghuni.

"Ya, mobil-mobil itu jelas milik penghuni, tapi sudah barang tentu penghuni yang sebagian oper alih unit rusun," jelas Panut.

Oper alih unit rusun itu, lanjut Panut, sebetulnya memang tidak diperbolehkan. Namun, setelah terbit UU 2004 hal itu menjadi sah, mengingat Rusun Benhil 2 adalah rusun kategori rusunami atau rumah susun sederhana milik.

Intervensi pemerintah

Sebelumnya di Kompas.com, pakar properti Panangian Simanungkali menilai, intervensi pemerintah dalam program penyediaan dan pengelolaan rumah susun sederhana milik (rusunami) harus konsisten. Baca: Pakar: Pembeli Properti Didominasi Investor dan Pemilik Uang "Nganggur"!.

Panangian mengatakan, bagi pengembang properti untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), sinyal penurunan suku bunga saja tidak cukup bagi mereka menggerakkan kegairahan pasar RSH dan rusunami. Pasalnya, pasar properti untuk golongan bawah sangat memerlukan intervensi kebijakan dari pemerintah berupa dorongan untuk memacu pembangunan RSH dan rusunami, sekaligus pengawasan terhadap penyaluran subsidinya.

"Semua harus diintervensi pemerintah, mulai membangun, menyalurkan dan mengawasinya. Kita tidak mau terjadi lagi seperti Kalibata City. Rusunami kok bisa ada lahan parkir mobilnya, itu saja sudah salah urus," kata Panangian, Jumat (19/9/2014) lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau