Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusunawa Rawa Bebek bak Hidup Segan Mati Tak Mau...

Kompas.com - 20/09/2014, 10:30 WIB
Ridwan Aji Pitoko

Penulis

KOMPAS.com — Sepi masih menyelimuti lokasi sekitar pembangunan rumah susun sewa (rusunawa). Tak ada bunyi-bunyi mesin berat laiknya sebuah proyek besar. Hanya sesekali bunyi dentingan besi bangunan saling bersahutan, dan tidak mengalahkan deru kendaraan bermotor yang lewat.

Seperti itulah suasana di lokasi pembangunan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) Rawa Bebek, Cakung, Jakarta Timur. Hanya beberapa pekerja tampak bekerja.

Memang, mangkraknya pembangunan selama beberapa bulan membuat kondisi lokasi rusunawa di sekitar Kanal Banjir Timur itu tak ubahnya sebuah rumah yang ditinggal pemiliknya pulang kampung beberapa bulan. Terbengkalai.

Tak pelak, suasana sepi itu semakin terasa akibat lokasi pembangunan rusunawa yang jauh dari permukiman warga. Tak ada rumah tetap yang berdiri di sana. Hanya gubug-gubug berbahan seng di depan lokasi rusunawa. Teriknya matahari dan sapuan debu akibat angin kencang membuat kita seolah berada di tengah gurun pasir panas.

"Keadaannya ya sepi-sepi seperti ini. Enggak ada kesan kalau lagi ada proyek pembangunan, walaupun kenyataannya di dalam ada pengerjaan pembangunan," kata Supriyadi, salah satu petugas keamanan di sekitar lokasi pembangunan Rusunawa Rawa Bebek, Kamis (18/9/2014).

Keadaan malam hari pun tak jauh berbeda dibanding siang hari. Menurut pengakuan Supriyadi, sejak dulu lokasi di sekitar Jalan Banjir Kanal Timur itu memang sudah sepi.

"Ya, kalau malam paling ramai itu cuma oleh suara truk yang lewat membawa bahan bangunan untuk rusun itu. Untungnya, ada lampu yang bikin terang jalan," ujarnya.

Dijenguk Jokowi

Sebelum Kompas.com bertandang ke lokasi itu, presiden terpilih Joko Widodo sudah lebih dulu menyempatkan diri menengok rusunawa khusus buruh di Rawa Bebek, Cakung, Jakarta Timur, yang dibangun oleh Kementerian Perumahan Rakyat itu. Pembangunan rusunawa tersebut diketahui mangkrak.

Blusukan Jokowi ke rusunawa yang belum jadi itu dilakukan seusai meresmikan pembangunan rusunawa hasil kewajiban perusahaan pengembang PT Summarecon Agung Tbk. Kebetulan, rusun Summarecon bersebelahan dengan rusunawa milik Kemenpera tersebut.

"Ini rusun yang mangkrak itu loh," ujar dia kepada Kompas.com, sembari berjalan di tengah proyek pada Rabu (10/9/2014) siang lalu.

Jokowi menyayangkan mangkraknya proyek tersebut. Pasalnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah bersusah-susah melakukan pembebasan lahan tersebut. Terlebih lagi, saat ini rusunawa tengah dibutuhkan sebagai tempat relokasi warga bantaran sungai atau waduk yang terkena normalisasi.

"Harusnya bulan-bulan sekarang ini sudah selesai. Ndak tahulah kenapa ini," ujar Jokowi.

Berantakan

Kenyataannya memang demikian setelah Kompas.com melihat langsung lokasi pembangunan yang mangkrak itu. Kesan berantakan dan tak terurus pun terlihat, terutama tatkala masih banyak bahan bangunan seperti kayu dan besi dibiarkan terhampar di dalam lokasi pembangunan rusunawa.

Di depannya, jalanan dengan bebatuan serta kerikil tajam terlihat menyulitkan akses kendaraan selain mobil dan truk besar yang menuju ke sana. Minimnya tanaman hijau juga semakin memperparah kondisi gersang dan panas di area ini.

Memang, meskipun sempat mandek beberapa bulan, kini pengerjaan Rusunawa Rawa Bebek mulai kembali dilanjutkan. Beberapa pekerja di sana terlihat memindahkan besi-besi dan bahan bangunan lainnya untuk melengkapi blok-blok kosong.

"Awalnya sih blok-blok itu cuma kelihatan pancangnya, belum ada besi-besi seperti itu. Sebelumnya juga pekerjanya enggak ada. Sepi banget," pungkas Supriyadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com