KOMPAS.com - Bambu kembali menjadi bahan utama sebuah bangunan. Kali ini Thailand yang membuat sebuah kamp atau posko pengungsian berbahan dasar bambu dan kayu.
Posko pengungsian tersebut dibangun oleh Agora Architects. Tujuannya untuk memberikan akomodasi sementara bagi para pengungsi perbatasan Myanmar yang ada di Thailand. Diberi nama 'The Mae Tao Dormitories', lokasinya ada di sebuah desa bernama Mae Sot, beberapa kilometer dari perbatasan Myanmar.
Perlu diketahui, Myanamar adalah negara di Asia Tenggara yang terlibat konflik perang saudara semenjak 1940-an. Konsep rendah biaya digunakan Agora Architects untuk merancang kamp yang mampu mengakomodasi 800 imigran yang kini tinggal di Sekolah CDC di Thailand.
www.dezeen.com Kamp tersebut didominasi bambu yang meliputi dinding, lantai dan langit-langit di setiap unitnya. Sementara itu, atapnya ditutup dengan jerami yang dibuat dari daun-daun kering.
"Kurangnya lahan dan dalam banyak kasus, kebutuhan akan akomodasi untuk murid-murid baru membuat kami membangun sebuah hunian sementara rendah biaya yang mudah dibangun menggunakan banyak bahan material daur ulang," ujar Jan Glasmeier, salah satu dari tiga pendiri Agora Architects.
Dengan bantuan dana dari keduataan besar Luxemburg di Bangkok, para arsitek merancang struktur bangunan kayu yang dilapisi bahan material lokal, dalam hal ini bambu dan jerami. Sejauh ini Agora Architects telah berhasil membuat lima kamp. Masing-masing kamp tersebut berkapasitas 25 orang dan memiliki luas 75 meter persegi.
Seperti kebanyakan bangunan lokal, struktur posko pengungsian itu dibangun dari kayu daur ulang yang menghabiskan sekitar 70 persen dari biaya total. Tetapi, menurut para arsitek, bahan-bahan dalam kamp ini bisa dijual sekitar 80 persen dari harga awalnya jika sudah tidak dibutuhkan lagi.
www.dezeen.com Di dalam kamp, ada sebuah jalan dengan bentuk cekung memanjang di setiap unit untuk menciptakan ruang sederhana antara pintu masuk di kedua ujungnya. Interiornya pun sengaja dibuat terbuka untuk memberikan udar lebih dan menawarkan akses semi privasi serta ruang penyimpanan bagi pelajar.
"Kualitas kayu yang ada, terutama jati, di perbatasan Thailand-Myanmar adalah satu yang terbaik di dunia," ujar Glasmeier.
Harga kayu, Glasmeier menambahkan, bisa meningkat hingga 300 persen dalam kurun waktu beberapa tahun ke belakang. Hal itu disebabkan oleh penebangan ilegal di sepanjang perbatasan. Selain itu, kayu daur ulang kini menjadi populer di kalangan masyarakat lokal demi mengurangi biaya pembangunan.
Kamp tersebut didominasi bambu yang meliputi dinding, lantai dan langit-langit di setiap unitnya. Sementara itu, atapnya ditutup dengan jerami yang dibuat dari daun-daun kering.
"Meskipun bahan material ini tidak dibuat untuk jangka waktu dua tahun tanpa perawatan, mereka mudah tersedia setiap musimnya dan harganya pun murah serta stabil bagi masyarakat lokal," kata Glasmeier.
Di dalam kamp, ada sebuah jalan dengan bentuk cekung memanjang di setiap unit untuk menciptakan ruang sederhana antara pintu masuk di kedua ujungnya. Interiornya pun sengaja dibuat terbuka untuk memberikan udar lebih dan menawarkan akses semi privasi serta ruang penyimpanan bagi pelajar.
www.dezeen.com Kamp tersebut didominasi bambu yang meliputi dinding, lantai dan langit-langit di setiap unitnya. Sementara itu, atapnya ditutup dengan jerami yang dibuat dari daun-daun kering.
Agora Architects telah menyelesaikan lima kamp hanya dalam waktu empat minggu dan menghabiskan dana sebesar 13.000 poundsterling atau sekitar Rp 256 juta lebih. Kamp ini juga dapat dibongkar dan dibangun kembali di lokasi baru jika diperlukan. Saat ini Agora Architects juga sedang membangun sebuah klinik di sekitar 'The Mae Tao Dormitories'.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.