Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasar Apartemen Bandung Melambat

Kompas.com - 06/09/2014, 14:01 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Pertumbuhan pasar apartemen strata di wilayah Bandung, Jawa Barat, memperlihatkan perlambatan sejak dua tahun terakhir. Hal ini ditandai stagnasi pasokan dan melemahnya kinerja penjualan.

Survei properti komersial kuartal II 2014 Bank Indonesia (BI) memperlihatkan, pasokan tidak mengalami pertambahan sejak tahun 2012 yakni bergeming pada angka 21.955 unit.

Akselerasi tingkat penjualan pun sama lambatnya. Meski masih tumbuh 0,90 persen secara triwulanan dan 5,31 persen secara tahunan, namun lebih lambat dari periode sebelumnya yang tercatat mengalami pertumbuhan 1,85 persen secara tiga bulanan dan 6,04 persen secara tahunan.

Stagnasi pasokan tersebut, tulis BI berdampak pada kenaikan harga jual baik yang melonjak sebesar 9,10 persen dalam tiga bulan, dan 17,9 persen secara tahunan.

Melemahnya pasar apartemen Bandung, diakui Member Broker ERA METTA, Herlina. Menurutnya, eforia penjualan apartemen berada pada kondisi puncak pada 2012 lalu.

"Saat itu, banyak pembeli dari Jakarta dan Bandung yang membeli apartemen hingga lebih dari dua unit per orang. Motivasi mereka adalah untuk investasi dan mengejar keuntungan cepat. Saat apartemen tersebut dibangun mereka mulai bergerilya menjualnya kembali," tutur Herlina kepada Kompas.com, Sabtu (6/9/2014).

Eforia tersebut, lanjut dia, hanya berlangsung selama setahun saja. Setelah itu, saat BI mengeluarkan Surat Edaran (SE) BI No. 15/40/DKMP tentang Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Pemberian Kredit atau Pembiayaan Pemilikan Properti, Kredit atau Pembiayaan Konsumsi Beragun Properti dan Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor, penjualan melorot tajam.

"Orang Bandung kemudian kembali beralih ke hunian tapak. Karena secara kultur, mereka lebih nyaman tinggal di rumah bertanah ketimbang apartemen. Dengan harga Rp 1,5 miliar, bisa tinggal di Setra Duta yang merupakan kawasan elit. Sementara dengan uang yang sama, hanya bisa memiliki unit apartemen ukuran 2 kamar tidur dan tidak bertanah," imbuh Herlina.

Hal senada dikatakan Sekretaris DPD REI Jawa Barat, Lia H Nastiti yang mengatakan bahwa pasar perumahan Bandung kembali marak awal tahun ini. Mereka meminati hunian dengan tipikal menengah yakni 36/90, 45/120, atau 70/120.

"Profil pembelinya adalah generasi kedua dan ketiga orang Bandung. Membeli rumah tapak sama dengan mendapatkan prestise, karena harganya saja sudah sangat tinggi. Untuk tipe 36/90 saja dibanderol paling murah Rp 500 juta," terang Lia.

Alhasil, pembelian apartemen-apartemen yang dipasarkan sekarang dikuasai oleh investor asal Jakarta. Bagi mereka yang membeli apartemen di sekitar kawasan kampus, kata Herlina, akan menyewakan unit-unitnya sebagai tempat kos.

"Sementara mereka yang membeli apartemen di pusat kota atau spot-spot populer dan dekat tempat wisata, akan menyewakannya menjadi hotel atau fasilitas akomodasi dengan tarif Rp 1 juta per malam," tambah Herlina.

Menurut data BI, pasar sewa apartemen Bandung mengalami peningkatan tingkat hunian dan harga sewa, baik secara tiga bulanan maupun tahunan meskipun pasokan kumulatif tak beranjak dari 1.069 unit sejak tahun lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com